|
JAKARTA -- Menghadapi curah hujan di Jakarta yang meningkat dalam sepekan mendatang, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Jakarta melakukan berbagai langkah antisipasi banjir. Meski demikian, Kepala Dinas PU DKI Jakarta, Fodly Misbach, mengakui pihaknya kesulitan menangani sampah di kali sebagai salah satu penyebab banjir. "Pihak ketiga yang mengerjakan pengangkutan sampah di kali pun masih belum optimal," kata Fodly kepada Republika, Ahad (18/9). Saat ini penanganan sampah di sembilan sungai yang membelah Jakarta, dibagi ke dalam tiga aliran. Yakni, aliran barat, tengah dan timur. Masing-masing aliran dikerjakan oleh perusahaan pengangkut sampah yang berbeda. Fodly menjelaskan, kemungkinan kontrak ketiga perusahaan yang akan berakhir Desember 2005 ini tidak akan diperpanjang. "Karena kami melihat kenyataan di lapangan sampah di kali masih banyak yang tidak terangkut." Antisipasi menghadapi banjir 2005, menurut Fodly, dilakukan sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Seperti pembukaan posko pemantauan 24 jam di 10 titik. Yaitu kali Pesanggrahan, Cengkareng Drain, Sunter Hulu, Pulogadung, Katulampa, Depok, Manggarai dan Pasar Ikan. Selain itu, DPU Jakarta mengklaim telah melakukan perbaikan pintu air, pengerukan dan pengambilan sampah di saluran air. Perbaikan saluran air diantaranya dilakukan di pintu air Pulomas, grogol, Tomang dan Sunter. Untuk daerah Jalan Sudirman dan Thamrin, antisipasi khusus menghadapi banjir tahun ini juga sudah dilakukan. Pengambilan sampah yang ada di saluran air bawah tanah dilakukan sejak beberapa waktu lalu oleh Dinas PU. "Saluran air yang memanjang dari Jl Sunda, kemudian melewati Jl Wahid Hasyim, lalu Jl Merdeka Selatan sampahnya kami angkut," jelas Fodly. Saluran air selebar dua meter yang terletak di bawah gedung dan jalan tersebut sebelumnya dipenuhi sampah yang menyebabkan Jl Thamrin selalu tergenang air tiap kali banjir melanda Jakarta. Ia mengharapkan tahun ini, banjir tidak melanda wilayah perkantoran dan gedung-gedung pemerintah tersebut. DKI Jakarta dengan luas 650 kilometer persegi 40 persennya merupakan dataran rendah. Dari 40 persen dataran rendah tersebut, hanya 60 persen wilayah yang mempunyai folder-folder untuk menampung air. Folder atau waduk buatan diperlukan untuk menanpung air terutama di daerah dataran rendah. Daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang merupakan dataran rendah, saat ini memiliki 14 hektare waduk buatan, separuh dari yang direncanakan dinas PU yaitu seluas 28 hektare. Rencananya Oktober 2005 akan kembali dilakukan pembebasan tanah di sekitar wilayah Kelapa Gading untuk waduk buatan. Kemudian, proyek yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat berkaitan dengan antisipasi banjir akhir tahun adalah pelebaran Kali Cideng/Banjir Kanal Barat, sepanjang 100 meter. Di beberapa bagian kali, lebarnya hanya mencapai delapan meter, padahal idealnya selebar 16 meter. Pada Oktober 2005 akan diadakan pembebasan tanahd I bantaran kali Cideng yang menelan biaya sebesar Rp 2,1 miliar. "Jika pengajuan anggaran biaya tambahan (ABT) yang diajukan pemda disetujui dewan maka pelebaran kali bisa dilakukan," papar Fodly.( c31 ) Post Date : 19 September 2005 |