|
JAKARTA -- Banjir besar diprediksi akan melanda Jakarta dan sebagian besar wilayah Indonesia pada 2013. Tingkat air yang menggenangi daratan bisa lebih besar daripada banjir yang pernah terjadi pada 2002. Kemungkinan itu terungkap berdasarkan sistem peringatan dini banjir yang diterapkan oleh Institut Teknologi Bandung bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Sistem peringatan dini itu menggunakan metode adaptive neuro-fuzzy inference system (ANFIS). Profesor The Houw Liong dari Departemen Fisika ITB mengatakan ANFIS merupakan sistem prediksi berbasis data statistik mengenai deret waktu yang dikumpulkan dari masa lampau. "Dari situ akan ada tren yang bisa digunakan untuk melihat kemungkinan pada masa sekarang dan yang akan datang," kata Liong di Jakarta kemarin. Ada tiga variabel utama yang dijadikan alat ukur deret waktu, yakni bintik matahari, waktu curah hujan, dan waktu tinggi muka air. Menurut Liong, bintik matahari menunjukkan aktivitas matahari yang mempunyai pola tertentu. Dari hasil uji ANFIS, ada hubungan yang signifikan antara bintik matahari dan curah hujan. "Dan ketika aktivitas matahari mencapai puncaknya, akan terjadi hujan besar," ujarnya. Dari deret waktu bintik matahari sejak 1940-an, Liong mengatakan, akhirnya diketahui bahwa siklus aktivitas matahari pada puncaknya terjadi 11 tahun sekali, yakni saat matahari mengalami tingkat kepanasan yang maksimal. Perbedaan perhitungan bisa terjadi dalam kurun satu tahun. Berdasarkan siklus tadi, ditemukanlah angka 2013. Pada tahun itu akan terjadi banjir besar seperti pada 2002, bahkan bisa lebih tinggi. "Jadi siklus banjir besar itu tidak lima tahun sekali, sehingga tahun ini tidak ada banjir seperti pada 2002," kata Liong. Namun, Liong mengatakan curah hujan tahun ini tetap akan terjadi pada Januari sampai Maret. Dengan curah hujan 15 milimeter per jam, Jakarta tetap berpotensi banjir. Tapi ada kemungkinan banjir tidak berlangsung lama. Dalam waktu satu atau dua hari air sudah menyusut. Jarangnya hujan pada awal tahun ini, kata Liong, karena terjadi madden julian oceanian, yaitu gelombang barat yang mengarah ke timur. Akibatnya, terjadi pemanasan di kawasan Laut Pasifik dan hujan lebih banyak turun di daerah itu. Sementara itu, awan hujan di Indonesia batal turun karena tersapu gelombang angin tadi. Yang juga menjadi persoalan, menurut Liong, Jakarta dan wilayah lainnya akan mengalami musim kering yang lebih panjang. Penyebabnya adalah tidak adanya cadangan air yang mencukupi. Ketika musim hujan, air tidak bisa disimpan dan dibiarkan mengalir ke laut. Dr Asep Karsidi dari Unit Hujan Buatan BPPT mengungkapkan adanya perubahan iklim global membuat sering terjadi penyimpangan cuaca. Awalnya musim hujan terjadi selama sembilan bulan dan tiga bulan musim kering. Tapi sekarang musim kering menjadi lebih lama, yakni tujuh bulan, dan lima bulan untuk musim hujan. MUCHAMAD NAFI Post Date : 18 Januari 2007 |