Jadikan Siswa Pelopor Gerakan Pelestarian Air

Sumber:Suara Merdeka - 02 Februari 2006
Kategori:Air Minum
AIR merupakan salah satu sumber kehidupan bagi semua mahluk hidup di dunia. Karena itu, wajib bagi kita untuk melestarikannya. Sebaliknya, bila tidak dirawat dengan baik, bisa timbul bencana yang luar biasa.

Romo V Kirjito Pr, pastor pemerhati masalah lingkungan, lewat kegiatan ''Kampanye Cinta Air Susur (menyusuri-Red) Sungai Senowo'' lereng Gunung Merapi, mengajak 74 siswa kelas II SMA Kebondalem Semarang mengisi liburan dengan mengenal air lebih dekat.

''Saat ini perlu dibentuk kelompok siswa pecinta air agar di masa mendatang mereka bisa menjadi pelopor gerakan pelestarian air. Bukan hanya itu, dengan mengenal alam lebih dekat, akan tumbuh kecintaan pada alam. Sekaligus ini merupakan proses belajar dan berlatih,'' tutur Romo yang juga penggiat Gerakan Masyarakat Cinta Air (GMCA) Merapi.

Para siswa yang biasa hidup di kota besar dengan fasilitas serbaada, selama empat hari (16-20 Januari-Red) harus berintegrasi dengan alam. Mereka juga harus menyatu dengan kehidupan masyarakat Desa Ngargomulyo Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, dengan cara tinggal di rumah-rumah penduduk.

Tiga hari pertama, para siswa melaksanakan kegiatan seperti yang dilakukan warga desa sehari-hari, termasuk berkebun dan bertani. Pada hari keempat, baru diajak mengenal alam lebih dekat, khususnya pelestarian air, lingkungan kawasan gunung, dan sebagainya.

Terowongan Air

Mereka diajak melewati jalan setapak, menyusuri saluran air, dan melewati terowongan air di Sungai Senowo. Perjalanan mereka diawali dengan menuju sebuah mata air di Kali Sewukan yang dikenal dengan Belik Pereng Grogol.

"Warga setempat percaya, air yang mengalir dari celah batu besar itu punya keistimewaan bisa menyembuhkan orang sakit,'' tandas Susanto, salah satu tim pendamping dari Sanggar Orang Muda Merapi.

Setelah itu, mereka bertemu dengan para petani yang sedang menggarap lahan pertanian. Selanjutnya, menyusuri Sungai Senowo sepanjang 1,5 km. Tak jarang kaki para siswa ditempeli pacet, binatang penghisap darah yang hidup di sekitar air.

Mereka juga dikenalkan dengan tanggul penahan sedimen (lahar) Gunung Merapi. Tanggul setinggi 1,5 meter di Dusun Tutup Ngisor itu harus mereka panjat dengan tali.

''Meski berat, kami merasa senang. Selain menikmati suasana baru dalam mengisi liburan, kami lebih akrab dengan alam,'' tutur mereka yang pada kegiatan itu didampingi sejumlah guru.

Yang lebih menarik, tambah para siswa, mereka bisa menyaksikan keindahan Gunung Merapi saat tidak tertutup kabut dan hijaunya areal persawahan yang tak mungkin mereka jumpai di kota-kota besar.

''Perhatian yang baik manusia pada alam, akan membuat alam memberikan respons baik pula pada manusia. Namun setiap kali kita bersikap negatif, balasan serupa akan diberikan pada kita. Padahal alam menjadi bukti nyata cinta kasih Tuhan pada kita. Ini harus disikapi secara positif,'' tutur Romo V Kirjito. (Doddy Ardjono-36m).

Post Date : 02 Februari 2006