Jabodetabek Terancam Krisis Air

Sumber:Koran Sindo - 07 September 2012
Kategori:Air Minum
JAKARTA– Musim kemarau berkepanjangan mulai berdampak bagi warga Jabodetabek. Masyarakat yang tinggal di Jabodetabek mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih. 
 
Bahkan, sejumlah waduk yang selama ini menjadi sumber air baku PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA)––pengelola air bersih bagian barat dan selatan wilayah Jakarta, mengalami penurunan. Corporate Communications & Social Responsibilities Head PT PALYJA Meyritha Maryanie mengatakan, kemarau berkepanjangan telah membuat pasokan air baku PALYJA yang berasal dari Kanal Tarum Barat (Waduk Jatiluhur) dan Tangerang telah mengalami penurunan. “Biasanya kami menerima pasokan air baku dari Waduk Jatiluhur 5.600–6.000 liter per detik. 
 
Saat ini mengalami penurunan sekitar 8–10% dari total yang dikirimkan untuk kami,”ujarnya. Atas penurunan ini pun, pihaknya telah menerima beberapa keluhan dari beberapa konsumen mengenai sulitnya mendapatkan pasokan air. Akan tetapi,keluhan yang diterima oleh call centerPALYJA dinilainya terbilang masih dalam jumlah yang normal.Menurunnya pasokan air baku ini membuat PALYJA melakukan upaya untuk mengatasi kekurangan air tersebut. 
 
Meyritha menjelaskan, PALYJA telah melakukan penambahan pasokan dari Tangerang sekitar 200–400 liter per detik dan mengaktifkan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Taman Kota, Jakarta Barat dengan kapasitas 100 liter per detik. Selain itu,pihaknya pun mengoptimalkan jaringan serta menyiapkan 22 truk tangki emergency yang siap mendistribusikan air kepada masyarakat. 
 
Kesulitan mendistribusikan air juga diutarakan Direktur Operasional PT Aetra (Air Jakarta) Lintong Hutasoit.Menurut Lintong, kesulitan mendapatkan air bersih terjadi di beberapa titik di Jakarta Utara yang merupakan area cakupan pelanggan PT Aetra.Kesulitan air bersih ini lantaran beberapa faktor, seperti musim kemarau yang membuat penyusutan air terjadi di Waduk Jatiluhur, pembangunan sifon di Kali Bekasi,dan letak Jakarta Utara jauh dari sumber air baku milik PT Aetra tersebut. 
 
Lintong mengatakan, pembangunan sifon di Kali Bekasi membuat pasokan air ke instalasi pengolahan terganggu. Pasalnya,bentangan sungai dari lebar semula 24 meter terkikis hingga 19,5 meter. ”Untuk wilayah cakupan pelanggan PT Aetra yang ada di Jakarta Timur, sebagian Jakarta Pusat pasokan air bersih masih aman,”tukasnya. Kesulitan pasokan air baku juga dirasakan PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang. 
 
Musim kemarau yang berkepanjangan ini menyebabkan debit air Sungai Cisadane menurun drastis dan menimbulkan sedimentasi lumpur di sisi sungai. Akibatnya,PDAM mengalami penurunan pasokan air baku untuk memproduksi air bersih. “Volume produksi air bersih PDAM berkurang 50%,sehingga kuantitas air yang disalurkan kepada pelanggan pun terpaksa kami kurangi,” ujar Dirut PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang Ahmad Marju Kodri di sela-sela pengerukan Sungai Cisadane, bersama ratusan anggota TNI dari Kodim 0506 Tangerang dan Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan dan TNI/Polri (FKPPI) KotaTangerang,kemarin. 
 
Kemarau berkepanjangan ini membuat sedimentasi lumpur menumpuk di sisi sungai sehingga menutup saluran intake air baku yang berimbas pada kurangnya produksi air. Sejumlah pelanggan pun telah mengeluhkan pasokan air bersih yang diterima mereka. Hingga akhirnya,PDAM bersama TNI pun melakukan pengerukan di Sungai Cisadane. 
 
Untuk mengantisipasi tertutupnya saluran intake air baku tak lagi terulang di masa mendatang, PDAM Tirta Benteng berencana membuat penampungan air baku di Kali Mookervart yang mengarah ke Kalideres.Kali sepanjang 8 km itu bisa menampung hingga ratusan ribu kubik air baku. ”Kali Mookervart bisa jadi alternatif sumber air baku saat kondisi musim kemarau seperti sekarang.Jadi tidak perlu lagi mengandalkan Sungai Cisadane. 
 
Kita sudah mengajukan rencana ini ke Kementerian PU, kami harap segera direspons,” ungkapnya. Krisis air bersih juga dirasakan masyarakat yang ada di 11 kecamatan di Kabupaten Bekasi.Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi Sahat MBJ menyebutkan, ribuan warga di 11 dari 23 kecamatan telah kesulitan mendapatkan pasokan air bersih. 
 
Sebelas kecamatan yang dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih yakni Tarumajaya, Babelan, Cibarusah, Bojongmanggu, Muara Gembong, Serang Baru, Cabangbungin, Karang Bahagia, Cikarang Timur, Cikarang Pusat, dan Cikarang Selatan.”Ada 24.000 jiwa di 11 kecamatan itu yang selalu minta dikirimkan pasokan air bersih setiap hari. Hal ini karena sumur mereka sudah tak lagi keluar air,”ungkapnya. 
 
Kabag Humas PDAM Tirta Bhagasasi Endang mengatakan, pihaknya telah mendistribusikan sedikitnya 40.000 liter air bersih ke beberapa daerah yang dilanda kekeringan secara gratis, di antaranya Kecamatan Cibarusah dan Babelan. ”Kami berencana akan mendistribusikan air bersih ke sejumlah kecamatan lainnya,” ujarnya. Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Pandeglang, Banten. Dalam dua bulan terakhir ini,warga Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang, Banten kesulitan mendapatkan air bersih untuk dikonsumsi. 
 
Bahkan,air yang berasal dari PDAM Pandeglang yang bersumber dari Sungai Cimandahan dan Ciseukeut sudah berubah menjadi asin karena tercampur air laut. Ketua Komisi II DPRD Pandeglang Edwin Juniarsah mengatakan, dari hasil peninjauan di Kecamatan Sobang, masyarakat mengeluhkan kondisi air PDAM yang saat ini berubah menjadi asin. 
 
Menurut Edwin, perubahan air PDAM menjadi asin ini sudah terjadi sejak dua bulan terakhir. Penyebab faktor air berubah asin antara lain sumber air PDAM, yakni Sungai Ciseukeut dan Cimandahan, berkurang dan terkontaminasi air laut. Humas PDAM Pandeglang Euis mengatakan, kemarau berkepanjangan telah membuat perubahan kondisi air. Air laut masuk sungai hingga berpengaruh pada air yang didistribusikan PDAM. megiza/dian ramdhani/ denny irawan/abdullah m surjaya/teguh mahardika


Post Date : 07 September 2012