|
Bandung, kompas - Gempa bumi tektonik yang melanda DI Yogyakarta dan sekitarnya telah mengundang simpati masyarakat dari berbagai daerah. Institut Teknologi Bandung (ITB), misalnya, hari Minggu (28/5) mengirimkan tim untuk menanggulangi masalah pangan, logistik, tenda, mandi-cuci-kakus (MCK), infrastruktur, air bersih, dan penyuluhan masyarakat. Tim ini akan ditempatkan di beberapa posko ITB di Yogyakarta. Koordinator Satuan Tugas ITB untuk Penanggulangan Bencana Gempa Yogyakarta dan sekitarnya Emmy Suparka di Bandung mengatakan, "Senin (29/5) kemungkinan tim dari ITB sudah bisa terjun untuk memetakan wilayah aman untuk pengungsian karena dalam mitigasi bencana hal itu sangat dibutuhkan agar masyarakat tidak terus-terusan ketakutan." Direktur Utama Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) Indratmo Soekarno mengatakan, lembaganya bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dan Kodam III Siliwangi mengirim alat pengolah air bersih (water treatment). Alat itu mampu menghasilkan air bersih 350 meter kubik sehari atau cukup diminum 2.000 orang per hari. "Mesinnya mikrohidrolik sehingga bisa ditempatkan di mana saja dan bisa menjangkau para pengungsi," ujarnya. Selain itu, lembaga ini juga mengirim 10 genset dengan daya total 1.500 watt guna mengisi baterai telepon genggam agar komunikasi lancar, dan juga untuk penerangan. ITB akan menurunkan enam teknisi. Untuk distribusi air bersih, ITB akan bekerja sama dengan Perusahaan Daerah Air Minum Yogyakarta. Harus mandiri Menurut psikolog dari Universitas Padjadjaran Dr Willis Srisayekti, korban gempa tersebut membutuhkan pemimpin yang bijaksana dan bisa dipercaya agar tidak mudah dihasut. "Mereka perlu dilatih agar tidak tergantung pada orang lain, melainkan mampu mandiri. Dengan demikian, penyelesaian masalah yang terjadi akibat bencana tidak berkepanjangan," katanya. Dia menjelaskan, masyarakat Yogyakarta saat ini berada dalam kondisi terancam, takut, dan penuh ketidakpastian karena musibah gempa dan masih risau akan ancaman Gunung Merapi. Untuk penyembuhan psikologis masyarakat dari rasa waswas, "Mereka harus diberi informasi yang jelas, menggunakan bahasa yang bisa mereka mengerti agar mereka tidak panik," ujar Willis. Dana masyarakat Sementara itu di Bandar Lampung dan Palembang, mahasiswa Universitas Lampung dan Perguruan Teknokrat Bandar Lampung serta unsur pemuda mengumpulkan dana dari masyarakat di perempatan-perempatan jalan yang rencananya akan dilakukan selama empat hari. Totok, mahasiswa Universitas Lampung, yang ditemui mengatakan, bantuan itu akan disalurkan melalui badan eksekutif mahasiswa (BEM). Sementara itu, pada orasi budaya menjelang seabad kebangkitan nasional dan sewindu reformasi Indonesia di sebuah hotel di Lampung terkumpul dana Rp 9,661 juta. (YNT/HLN/MUL) Post Date : 29 Mei 2006 |