|
BERTUBI-TUBI gangguan yang dialami pemerintahan saat ini. Dari bencana tsunami dan gempa di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias, beragam penyakit, tingginya harga minyak dunia, hingga banjir. Sebagai sebuah simbol negara, istana adalah sebuah 'rumah' yang perlu dijaga, meski tidak untuk disakralkan. Akan tetapi, pada hari Jumat (15/7), kejadian yang memalukan terjadi. Hujan beberapa jam telah mengakibatkan Istana Wakil Presiden, di kawasan Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, kebanjiran setinggi sekitar 20 cm. Hujan deras mendera Jakarta sekitar pukul 12.30 WIB, atau beberapa saat usai salat Jumat. Terpaan hujan sempat terhenti beberapa saat, meski kemudian curahan air kembali mengguyur Jakarta, hingga akhirnya terhenti sekitar pukul 22.30 WIB. Akibat derasnya hujan, dan lemahnya sistem pembuangan air di Istana Wapres, air membanjiri, tidak hanya halaman istana, tetapi juga menggenangi berbagai ruangan dalam istana. Di pintu belakang Istana Wapres yang menghadap Jalan Kebon Sirih, air menggenang sekitar selutut orang dewasa. Sementara itu halaman di dalam Istana Wapres digenangi air hujan yang sudah bercampur air comberan setinggi sekitar 20 cm. Masjid Baiturrahman--yang berada di dalam kompleks Istana Wapres--juga kemasukan air, dan mengakibatkan karpet di dalam masjid berbau apak. Dinding dan sistem drainase gedung juga tidak mampu mengelola air hujan, dan mengakibatkan air menggenang di dalam ruang jumpa pers, ruang auditorium, ruang rapat Wapres dengan menteri, ruang dokter kepresidenan Wapres, ruang makan, hingga dapur. Tentu saja, aroma apak juga terjadi di ruangan tersebut. Akibat guyuran hujan dan air yang menggenang, beberapa orang staf Sekretariat Wapres (Setwapres) terpaksa menginap untuk pengamanan agar genangan air tidak meluas. Menurut salah seorang staf Setwapres yang enggan disebutkan namanya, sekitar delapan orang staf--seperti teknisi dan cleaning service--sudah melakukan pembersihan sejak pukul 23.00 WIB, atau usai hujan. "Kami nginap mulai semalam, dan kita sudah mulai bersih-bersih. Hingga siang ini juga masih lanjut gotong-royongnya," ujar dia. Akan tetapi, karena banyaknya pekerjaan yang ditangani oleh orang yang sedikit, hingga hari Sabtu (16/7), genangan air masih terjadi di dalam beberapa ruangan dan beberapa lokasi di pekarangan. Sedangkan staf lainnya mengaku tidak mengetahui bagaimana reaksi Wapres Jusuf Kalla melihat air yang menggenangi istana dan kantor yang ditempatinya. Hanya saja, menurut staf ini, Kalla semestinya mengetahui banjir tersebut, mengingat Kalla meninggalkan istana sekitar pukul 18.00 WIB, atau saat air mulai menggenang. "Gara-gara kemarin kebanjiran, sopir Pak Wapres sempat kepeleset. Untung dia enggak sampai jatuh," ujar dia. Sementara itu di Istana Presiden, di Jalan Medan Merdeka Utara, sejumlah staf menyatakan tidak terjadi banjir di saat hujan deras. Hanya saja, di dalam Istana Presiden, sejumlah permadani sedang dijemur di jalan aspal, dan dibantu dua unit blower. "Karpet-karpet ini diambil dari Wisma Negara. Soalnya, di Wisma Negara kan banyak ruangan yang sedang direnovasi. Akibatnya, beberapa ruangan bocor, dan air membasahi permadani," ujar seorang staf yang sedang memoles ubin di Istana Negara. (Henri Siagian/P-5) Post Date : 17 Juli 2005 |