|
SETIAP akhir dan awal tahun curah hujan meningkat. Meskipun tidak terkena banjir, ada wilayah tertentu digenangi air hingga beberapa hari. Bersamaan datangnya banjir, berbagai macam penyakit turut datang. Salah satunya ISPA (infeksi saluran pernapasan akut). Istilah ini diambil dari Acute Respiratory Infections (ARI). Dokter spesialis paru Chandra Yoga Aditama mengatakan, ISPA telah menjadi masalah lama yang perlu mendapat perhatian. Apalagi morbiditas yang disebabkan ISPA di Indonesia masih cukup tinggi. Dalam kondisi tidak banjir saja, ISPA perlu penanganan serius. Terlebih lagi saat pascabanjir. ''Pascabanjir, ISPA memang bukan penyakit yang menimbulkan kematian. Namun, kalau sudah neglected bisa pula menimbulkan penularan dan bahkan kematian,'' katanya. Menurut Chandra, ISPA yang dialami pascabanjir sebenarnya lebih pada masalah daya tahan dan asupan gizi. Jika daya tahan menurun drastis maka ISPA mudah sekali muncul. Dalam perjalanannya akan menjadi pneumonia. Bahkan tidak menutup kemungkinan penderita ISPA mengalami kematian. Pneumonia adalah proses infeksi akut jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus atau biasa disebut bronchopneumonia. Gejalanya berupa napas cepat dan sesak, karena paru meradang secara mendadak. Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk dan juga disertai sesak napas. Pada anak usia dua bulan hingga lima tahun akan mengalami penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing). Sehingga pada balita tersebut mengalami pneumonia sangat berat dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara itu pada anak usia di bawah 2 bulan, pneumonia beratnya ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per satu menit atau lebih. Dada anak tersengal-sengal, karena terjadi penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam. Cara mengatasi Chandra yang juga menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia mengatakan, ada beberapa langkah yang dilakukan untuk mengatasi ISPA. Pertama, menjaga daya tahan tubuh merupakan tindakan sangat penting. Ketika datang banjir dan kondisi cuaca tidak menguntungkan, masyarakat sudah selayaknya meningkatkan daya tahan tubuh. ''Mengonsumsi makanan bergizi, tidak merokok dan begadang merupakan cara meningkatkan daya tahan tubuh. Sehingga ISPA tidak menyerang,'' katanya. Kedua, ketika ISPA sudah menyerang, segera memberi obat. Chandra mengatakan, bisa saja obat yang dikonsumsi dibeli secara bebas dari warung atau toko. Namun dia mengingatkan, jika penyakitnya selama tiga sampai tujuh hari belum ada perubahan, harus segera berobat ke dokter. Sebab, ISPA merupakan penyakit menular. ''Kenapa orang-orang di negara musim dingin sering menggunakan masker. Mereka sebenarnya sedang terkena ISPA. Namun, karena sadar kalau penyakitnya bisa menular, mereka menggunakan masker. Kita juga seharusnya kalau memiliki gejala ISPA sebaiknya menggunakan masker agar tidak menularkan kepada orang lain,'' jelas Chandra. Balita rentan Dalam kondisi banjir dan cuaca buruk, menurut Chandra, terdapat kelompok tertentu yang sangat rentan terserang ISPA. Mereka itu adalah balita, orang yang berusai lanjut dan mereka yang sudah memiliki penyakit paru sebelumnya. Kendati bukan penyakit yang menimbulkan kematian besar, tetapi ISPA agak berbeda dengan penyakit lain. Pasalnya, kata dokter dari RS Persahabatan ini, sampai sekarang belum ada vaksinnya. ''Belum ada vaksin yang 100% bisa mencegah terjadinya ISPA,'' katanya. Dengan tidak adanya vaksin secara massal, Chandra mengatakan cara paling baik adalah penyuluhan mengenai ISPA. Sehingga masyarakat mengetahui cara pencegahan dan mengatasi serta kapan harus pergi ke dokter saat ISPA datang. (Drd/V-1) Post Date : 23 Februari 2005 |