|
Tanpa bermaksud menghakimi, sampai tahun 2008 ini belum ada Filtrasi Multitahap (Multistage Filtration) yang diterapkan oleh PDAM di Indonesia. Filter Multitahap (FM) mulai intensif diteliti pada satu dekade terakhir ini di Amerika Latin oleh IRC-CINARA (International Water and Sanitation Centre -Instituto de Investigation y Desarollo en Abastecimiento de Agua) di Colombia. Pada risetnya, CINARA membuat pilot plant dengan variasi beberapa unit operasi di Puerto Mallarino. Air bakunya berasal dari sungai dengan kekeruhan antara 80 s.d 3.600 NTU. Airnya sangat tercemar dengan rerata kandungan bakteri coliform 63.000 Colony Forming Unit (CFU) dan maksimumnya 500.000 CFU. Hasil pengolahan dengan IPAM FM ini bahkan mencapai 3 - 24 NTU dari air yang sangat keruh tanpa perlu zat kimia (koagulan). Bagaimana ini bisa terjadi? Ternyata ini terjadi karena teknologi yang mereka sebut Multistage Filtration (Filtrasi Multitahap). Variasi dan susunannya cukup banyak, dimulai dari intake, dynamic gravel filter, upflow gravel filter in layers and series, downflow gravel filter in layers and series, horizontal gravel filter, dan slow sand filter. Kalau dilihat sejarahnya, sebetulnya unit ini sudah tua. Gravel filtration telah digunakan dalam pengolahan air tahun 1800-an di Scotlandia. Kemudian Gravel Filtration sempat lama menghilang karena kehadiran pengolahan air secara kimia dan mekanik seperti yang banyak diterapkan di PDAM berupa rapid sand filter. Namun unit gravel filter muncul kembali tahun 1980 terutama di negara-negara berkembang sebagai pengolahan awal untuk air sungai yang tinggi kekeruhannya sebelum menuju SSF. Karma gravel filter tidak perlu peralatan mekanik dan tak perlu koagulan maka gravel filter merupakan metode peng¬olahan awal yang cocok karena murah. Gravel filter terdiri atas lapisan media kerikil berukuran 4 - 20 mm dalam arah aliran air. Ada sejumlah tipenya seperti diperlihatkan pada gambar terlampir. Tipenya dikelompokkan berdasarkan arah aliran airnya (ke atas, ke bawah, horisontal) dan berdasarkan kedalaman lapisan medianya. Pemilihan gravel filter bergantung pada karakteristik air bakunya dan bergantung pada persyaratan operasi dan perawatan yang diinginkan. Fungsi utama gravel filter ialah menurunkan kekeruhan influen dan suspended solid sehingga memadai sebagai input bagi SSE Juga dapat mereduksi penyumbatan oleh algae dan mampu mereduksi suspensi dan koloid tanpa penambahan koagulan. Secara umum, pengolahan dengan unit ini direkomendasikan bagi kekeruhan air baku yang lebih dari 10 NTU terutama ketika musim hujan. Fungsi utamanya adalah pelindung SSF dari penumpukan partikulat sehingga membantu SSF bekerja lebih baik dan lebih lama. Ditemukan oleh pakar air minum dari Belanda yang bernama Wegelin pada 1998 bahwa dengan gravel filter ini, SSF dapat beroperasi lima (5) kali lebih lama daripada tanpanya. Unit ini dapat beroperasi sampai dengan satu tahun dengan air baku yang secara periodik sangat keruh. Ini terjadi karena ia dirancang untuk penetrasi yang dalam bagi kekeruhan dan headloss-nya rendah lantaran besar parasitasnya. Artinya, air sekeruh apapun, kalau diolah dengan unit ini maka akan menjadi jauh lebih jernih dan secara teknis dapat membantu SSF sehingga beroperasi lebih lama pada beban hidrolis yang lebih tinggi, juga mengurangi luas bak filternya sehingga menurunkan biaya konstruk¬sinya. Variasi Gravel Filter DyGF (Dvnamic Gravel Filter) terdiri atas 3 atau 4 bak filter. Setiap bak diisi gravel, dengan media kasar di kompartemen pertama dan berturut-turut media yang kecil atau halus di kompartemen terakhir. Air mengalir turun melewati setiap kompar¬temen. Ada juga Upflow Roughing Filter Seri (URFS). Karena kebanyakan akumulasi padatan terjadi di dasar filter dekat pipa pengurasnya, maka URFS ini lebih mudah dibersihkan. Fakta di lapangan, uptlow dan downflow roughing filter nyaris sama kinerjanya, tetapi upflow direkomendasikan lantaran mudah dibersihkan. URFL (Lapis) terdiri atas bak filter yang berisi multilapis media mulai dari yang me¬dia kasar di dasar bak hingga media halus di lapisan atas. Keuntungan URF Lapis ini ialah persyaratan ruangnya kecil dan biayanya rendah dibandingkan dengan HRF maupun URF Seri. URF Lapis sangat efektif untuk air yang rendah sampai me¬dium kekeruhannya (< 150 NTU). HRF (Horizontal Roughing Filtration) terdiri atas bak horisontal dengan 3 atau 4 ruang yang panjangnya bervariasi dan dipisahkan oleh sekat (baffle) dengan aliran horisontal. Setiap kompartemen diisi gravel, media kasar di kompartemen pertama dan berturut-turut media halus di kompartemen akhir. Keuntungan HRF karena panjang medianya besar dan kapasitas penyimpanan solid juga besar maka frekuensi pembersihannya menjadi jarang. HRF ini sangat cocok untuk mengolah air yang kekeruhannya sangat tinggi. Tetapi HRF perlu lahan yang relatif lebih luas daripada URF. Sebagai filter multitahap, selanjutnya air olahan URF di atas diolah lebih lanjut di unit Slow Sand Filter (SSF). Ada sejumlah kriteria desain yang dibuat oleh pakar air minum di dunia dan ditampilkan pada Tabel 1. Adapun skema unit gavel filter-nya dapat dilihat pada gambar 1. Unit mana yang akan dipilih untuk dijadikan pengolah air sangat bergantung pada kualitas air baku¬nya dan kodisi lapangan serta luas lahan yang tersedia. Yang ter¬baik adalah tanah yang menurun (lereng) agar unit bisa beroperasi secara gravitasi. Untuk dapat mendesainnya, diperlukan data seperti ditulis pada Tabel 2. Data ini diambil dari studi Gerardo Galvis (2002), pakar air minum dan pemimpin di CINARA. Dengan data ini, PDAM di seluruh Indonesia bisa mencoba menerapkannya untuk mengolah air sungai yang keruh. Galvis dkk. juga memperoleh sejumlah kinerja yang berkaitan dengan Filtrasi Multitahap seperti pada Tabel 3. Pada tabel itu dapat diketahui bahwa kelompok bakteri nyaris bisa habis dibasmi dengan teknologi ini. Begitu pula kekeruhannya sehingga air olahannya menjadi sangat jernih. Hidrolika & Kendali Debit Apa resep yang perlu diikuti agar kinerja IPAM FM ini berhasil dalam mengolah air baku seperti hasil di atas? Salah satu yang perlu diperhatikan ialah hidrolika aliran air. Debit air yang masuk ke URF dan SSF harus diatur agar tidak berlebih sehingga merusak proses pengolahan atau terlalu kecil sehingga tidak diperoleh kapasitas produksi yang diharapkan atau malah merusak proses pengolahan unit yang lain. Kontrol debit pada SSF dapat dilaksanakan di bagian in¬let, outlet atau di kedua lokasi itu. Kontrol inlet flow bisa secara filtrasi laju konstan (constant rate), bisa juga filtrasi laju menurun (declining rate). A. Inlet Control a. Inlet control - laju konstan. b. Inlet control - laju menurun. B. Outlet Control Kontrol outlet flow terdiri atas sebuah valve dan flowmeter di pipa outlet di setiap filter. Dengan alat ini taraf muka air di atas filter dapat dikontrol dengan menggunakan valve. Outlet flow control ini adalah metode kendali sederhana yang memudahkan ope¬rator mengontrol aliran air melewati filter. Agar operasinya mudah dan optimal, yang juga penting di dalam SSF ialah pemipaan filternya. Ada sejumlah pemipaan yang berkaitan dengan SSF, yaitu: 1. Filter- to-waste 2. Overflow 3. Supernatant drain 4. Drain 5. Backfill 6. Distribusi inflow. 7. Koleksi filtrat. Apabila kriteria desain diterapkan dengan betul dan operasinya mengikuti kaidah dalam hidrolika aliran airnya maka kinerja yang diharapkan akan dapat dicapai. Yang juga besar pengaruhnya pada kinerja IPAM FM ini adalah operator¬nya. Mereka hendaklah diberi pelatihan agar dapat mengoperasikan dan memelihara instalasi ini dengan baik. Post Date : 31 Agustus 2008 |