|
Makassar, Kompas - Menyusul penyetopan suplai air bersih yang kerap dilakukan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar minta pemerintah pusat membantu memberi pompa ponton. Pompa ini dapat digunakan mengolah air permukaan. Saat ini tingkat kekeruhan air Sungai Jeneberang yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Somba Opu milik PDAM Makassar kian buruk, mencapai 217.000 nephelometric turbidity unit. Dengan kondisi itu, IPA Somba Opu bukan lagi mengolah air tetapi lumpur. Ketua Komisi D DPRD Kota Makassar Irianto Ahmad yang bertemu jajaran Direksi PDAM, Sabtu (22/1) di Makassar mengatakan, pemerintah pusat harus membantu PDAM Makassar menangani persoalan ini. Sejak Kamis (20/1) lalu, PDAM Makassar menyetop suplai air hingga waktu yang belum bisa ditentukan. Penyetopan sudah beberapa kali dilakukan. Data PDAM Kota Makassar menunjukkan saat ini tingkat kekeruhan air di IPA Somba Opu 217.000 NTU. Padahal dalam keadaan normal tingkat kekeruhannya sekitar 0-100 NTU. Sebenarnya hingga 4.000 NTU, penyaringan dan pemberian zat kimia untuk penjernih, masih menolong dan menghasilkan air yang cukup baik. Namun nyatanya beberapa pekan terakhir, tingkat kekeruhannya tak pernah di bawah 10.000 NTU. Dengan tingkat kekeruhan 6.000 NTU, dari dua liter yang diolah, satu liter adalah lumpur. Bahkan 16 filter air di IPA Somba Opu yang dalam keadaan normal dicuci beberapa kali setahun, kini harus dibersihkan dua-tiga kali sepekan. Humas PDAM Kota Makassar Jufri Sakka menambahkan, dengan alat pompa ponton, IPA Somba Opu masih bisa mengolah air permukaan. "Kalau air permukaan yang lumpurnya sudah mengendap, masih diolah dengan pompa ponton. Saat ini IPA Somba Opu benar-benar mengolah lumpur," jelasnya. Kekeruhan air PDAM Kota Makassar mulai terjadi Juni 2004. Pada saat musim kemarau kekeruhan ini sebenarnya tidak terlalu parah. (ren) Post Date : 24 Januari 2005 |