|
Bencana merupakan peristiwa alam yang sudah akrab bagi penduduk Indone sia. Saat terjadi ben cana, salah satu upaya mitigasi yang dilakukan adalah dengan mengevakuasi penduduk dari lokasi bencana ke tempat yang lebih aman. Meskipun telah mengungsi ke tempat yang lebih aman, kebutuhan akan air bersih sering kali tidak terpenuhi. Tak jarang para pengungsi berada di tempat pengungsian yang jauh dari sumber air bersih yang sangat vital itu. Air bersih yang dibutuhkan tidak hanya air yang digunakan untuk air minum, namun juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti buang hajat, mandi, dan mencuci. Keterbatasan fasilitas membuat masyarakat yang mengungsi sulit untuk memenuhi sendiri kebutuhan akan air bersih. Karena itu, perlu ada yang membantu masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih ketika bencana datang. Salah satu instalasi pengolahan air minum yang didesain untuk dapat membantu masyarakat di daerah bencana adalah instalasi pengolahan air (IPA) bergerak (mobile) yang dikembangkan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum (PU). IPA Mobile adalah sarana untuk mengolah air baku menjadi air bersih dan air siap minum dengan sistem yang dapat berpindah-pindah dengan cepat. IPA Menurut peneliti IPA Mobile, Dadang Subana, alat ini memang khusus didesain untuk daerah rawan bencana yang biasanya mengalami krisis air bersih setelah dilanda bencana. Dadang mengaku pembuatan alat ini terilhami oleh bencana alam yang melanda Yogyakarta, yaitu bencana letusan Gunung Merapi pada akhir 2010. “Pada waktu bencana di Yogyakarta, masyarakat mengalami kesulitan air bersih. Bidang Permukiman PU diminta oleh pemerintah daerah setempat untuk menyediakan air bersih. Namun, saat itu IPA yang kami miliki hanya dapat menghasilkan air bersih, bukan untuk air minum, dengan kapasitas 0,5 liter per detik,“ ujar Dadang. Padahal, ketika itu jumlah pengungsi bencana Merapi di Kota Yogyakarta pada Desember 2010 telah mencapai 24 ribu orang. Dengan kapasitas pengolahan air 0,5 liter per detik, IPA milik Permukiman PU hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi 500 orang saja, tidak cukup untuk melayani kebutuhan air semua pengungsi di kota itu. Tak hanya di Yogyakarta, banjir langganan tiap tahun yang kerap dialami masyarakat Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, juga menginspirasi pengembangan IPA Mobile. “Kondisi masyarakat di sana sangat memprihatinkan karena banjir tidak memungkinkan mereka untuk mendapatkan air bersih atau air minum,'' kata Dadang. Dari kedua bencana itulah maka pada 2011 Dadang kemudian mencoba mengembangkan IPA yang ada untuk mengolah air baku tidak hanya menjadi air bersih tapi juga menjadi air siap minum. Tak hanya itu, kapa sitas pengolahan air yang dihasilkan juga ditingkatkan dari semula hanya 0,5 liter per detik menjadi 1,5 liter per detik atau tiga kali lipatnya. Dengan kapasitas 1,5 liter per detik, IPA terbaru itu mampu memenuhi kebutuhan air bersih sebanyak 1.500 orang. `'1,2 liter untuk air bersih dan 0,3 liter untuk air minum. Jadi, total 1,5 liter per detik,'' kata Dadang. Selanjutnya, alat IPA itu dimasukkan ke dalam wagon atau kereta gandeng yang bisa ditarik dengan mobil agar mudah untuk dipindah-pindahkan. Kereta itu terbuat dari konstruksi baja profil yang 80 persen bahan bakunya bisa didapatkan dari dalam negeri. IPA Mobile didesain untuk mampu mengolah air baku yang berasal dari air permukaan, seperti air sungai, danau, atau air hujan tertampung. Syaratnya, air permukaan itu tidak tercemar logam berat. Hasil akhir air olahan IPA Mobile tidak hanya digunakan untuk air minum sesuai syarat baku mutu air minum, tapi juga bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya seperti mandi, cuci, kakus (MCK). Air baku yang diolah ketentuannya tidak melebihi nilai ambang batas toleransi total disolved solid (TDS) atau endapan di bawah 500 miligram per liter. Bila kondisi air bakunya lebih buruk dari itu maka hasil akhirnya belum layak konsumsi. Ukuran IPA Mobile telah disesuaikan dengan rata-rata lebar jalan di Indonesia. Kereta gandeng yang membawa IPA Mobile mempunyai lebar 2,8 meter, panjang empat meter, dan tinggi 2,7 meter. Meski dapat berpindah-pindah, IPA Mobile masihi memiliki keterbatasan karena hanya sanggup untuk menjangkau daerah dengan tingkat kemiringan maksimal tidak lebih dari delapan persen atau dataran rendah. Sistem pengolahan air pada IPA Mobile menggunakan sistem lengkap yang terdiri atas koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Koagulasi adalah pencampuran bahan kimia di dalam pipa ketika air baku mengalir. Tujuan dari koagulasi adalah agar air baku menjadi jernih. Penjernihan dalam koagulasi dilakukan dengan menggunakan alum dan tawas untuk mengurangi tingkat kekeruhan air. Dari pipa koagulasi, air baku kemudian mengalir menuju proses selanjutnya, yaitu flokulasi atau penggumpalan. Dalam bak flokulator proses penjernihan air dilanjutkan sehingga flok atau gumpalan kotoran yang terdapat dalam air baku akan menggumpal. Dari bak flokulator, air baku kemudian menuju proses sedimentasi. Dalam proses sedimentasi ini flok mengendap dan terpisah dari air baku. Air baku yang telah bersih dari flok ditampung oleh penampungan air untuk kemudian difiltrasi atau disaring. Proses filtrasi menggunakan membran ultrafiltrasi , membran ultraviolet (UV), dan ozon ganda. “Agar bisa langsung diminum, pada IPA Mobile ditambahkan membran UV dan double ozone agar organisme mikro dari air baku dapat dihilangkan sehingga air olahan IPA Mobile bisa langsung diminum,“ kata Dadang. Dalam penempatannya, IPA Mobile yang terbuat dari pelat baja dengan tebal lima milimeter ini dilengkapi dengan genset, reservoir lipat untuk penampung air hasil olahan, selang gulung sepanjang 100 meter, dan alat pemeriksaan air baku. Uji coba Pelaksanaan uji coba IPA Mobile di lapangan telah dilakukan pada Desember 2011 di Desa Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Air baku yang digunakan adalah air permukaan dari saluran tersier Sungai Cikeruh. Sebelum uji coba, terlebih dahulu dilakukan analisis di lapangan terhadap kualitas air baku. Sebelum pengolahan, kondisi air baku mempunyai tingkat keasaman pH 7,2 dan kekeruhan 313 NTU. Setelah pengolahan terdapat pengurangan kadar pH menjadi 6,8 dan 5,86 NTU untuk kekeruhan. `'Berdasarkan data pengolahan sistem IPA Mobile diperoleh hasil efisiensi terhadap kandungan kekeruhan, warna, TDS, pH, nitrat, nitrit, amonia, sulfat, besi, dan mangan mengalami penurunan sehingga air baku olahan IPA Mobile menghasilkan kualitas air yang siap minum,“ kata Dadang. Dengan uji coba itu, bisa disimpulkan bahwa IPA Mobile buatan Dadang dan rekan-rekanya ini mempunyai efisiensi pengolahan yang cukup baik. Untuk pengurangan kekeruhan efisiensinya mencapai 98 persen, efisiensi terhadap warna 94,23 persen, efisiensi terhadap amonia 63,93 persen, efisiensi terhadap Sulfat 49,45 persen, efisiensi terhadap TDS 63,93 persen , efisiensi terhadap nitrit 49,45 persen, efisiensi terhadap kadar besi 97,40 persen, serta efisiensi terhadap mangan 10 persen. rahmad budi harto Post Date : 19 Juni 2012 |