INVESTIGATOR AIR TANAH

Sumber:Media Indonesia - 26 April 2010
Kategori:Air Minum

Pengantar: Dalam rangka merayakan Hari Kartini 21 April, Media Indonesia menyajikan 21 sosok perempuan yang mewarnai zaman dengan semangat dan inspirasi Kartini. Mereka berjuang untuk peluang yang setara dengan kaum lelaki, dan berkarya untuk membuktikan diri. Berikut ini ialah sosok ke-17, perempuan pakar hidrogeologi.

VOLUME air di bumi boleh melimpah, tetapi sebagian besar tidak layak minum. Sejak revolusi industri di Inggris pada abad ke14, industrialisasi berkembang pesat. Saat itu banyak sungai mulai tercemar. Adapun air laut jelas tidak mungkin dikonsumsi langsung. Pilihannya ialah mencari sumber air tanah, pekerjaan yang dilakukan para ahli hidrogeologi.

Di Indonesia, pakar bidang ini masih sangat sedikit. Padahal, ahli hidrogeologi merupakan tokoh kunci yang bisa mencari sumber air bersih di bawah permukaan kulit bumi. Sari Bahagiarti Kusumayudha ialah satu di antara yang segelintir itu.

“Saya senang menekuni bidang keilmuan ini karena banyak berkomunikasi dengan batu, gunung, maupun sungai,” kata Sari di ruang kerjanya, di UPN “Veteran” Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, ketersediaan air bersih di negara ini tergolong cukup. Tetapi distribusinya tidak merata. Ada daerah tertentu yang masih kekurangan air bersih. Adapun di daerah, dengan air bersih berlimpah menghadapi persoalan kualitas air.

“Padahal setiap tahun lingkungan kita terus rusak. Setiap tahun pula para ahli hidrogeologi sedunia menggelar kongres untuk membahas seputar masalah air di setiap negara,” tutur Sari.

Selama ia melakukan penelitian, lanjut Sari, hampir semua sumber air yang diambil sampelnya sudah tercemar. Meskipun air itu dia ambil dari bawah tanah yang ada di lorong-lorong gua, air tersebut terkontaminasi oleh mikroorganisme, khususnya bakteri coli.

Bagi para ahli hidrogeologi, air bersih harus dilihat dari tiga aspek. Pertama, aspek fi sika untuk mengetahui lebih jauh tentang warna air, bau, rasa, kekeruhan, hingga temperaturnya. Kedua, aspek kimia untuk mengetahui zat kimia yang terkandung di dalam air. Sebab, zat kimia ada yang dibutuhkan manusia, tetapi juga banyak yang tidak dibutuhkan, bahkan bisa menjadi racun. Ketiga, aspek biologi untuk mencari tahu kandungan mikroorganisme yang ada di dalam air, kandungan bakteri atau makhluk hidup lainnya yang tidak kasatmata.

Jadi selain berhitung soal kuantitas sumber daya air, juga perlu dihitung kualitasnya. Air yang seperti apa yang boleh dikonsumsi, untuk keperluan MCK (mandi, cuci, dan kakus), industri, ataupun untuk irigasi.

Sampai sekarang, istri dari Oka Kusumayudha itu kini terus mengembangkan pemikiran-pemikirannya. Sejak menjadi Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UPN “Veteran” Yogyakarta, Sari memang tidak aktif meneliti lagi. Namun, Sari terus mewujudkan tekadnya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang karakter, sifat, dan dinamika air yang selama ini digunakan untuk hidup.

Pada intinya dia berharap masyarakat mengerti bagaimana memperlakukan air dengan benar. Karena itu, Sari menulis buku. “Kita harus terus melakukan penelitian. Penelitian kita tidak dari ilmu untuk Bukan cita-cita Sejak kecil tidak pernah terlintas di pikiran Sari bahwa ia akan menekuni persoalan air.

Dulu, Sari hanya bercita-cita menjadi pengantin dengan dandanan bak ratu kerajaan. Di usianya yang masih anak-anak dia pengagum sosok pengantin yang tampak berwibawa dan dihormati banyak orang. Pendidikan formal dilaluinya begitu saja. Dia mengalir mengikuti irama takdir hidupnya. Hingga saat lulus sekolah menengah atas, Sari harus memilih jurusan apa yang akan dia tekuni.

Pilihan pertamanya sebagai arsitek. Pilihan kedua tentang teknik geologi yang akhirnya mengantarkannya ke puncak prestasi sebagai ahli hidrogeologi perempuan pertama di Indonesia.

Bukan jalan mudah mengingat dunia itu didominasi kaum lelaki. Tapi kecintaan Sari akan alam raya ini menjadi pendorong yang kuat untuk menekuni ilmu hidrogeologi. Meskipun pada saat awal kuliah dia awam dengan ilmu geologi, pada akhirnya dia justru mencintai karena hobinya sebagai pecinta alam. Hobi dan ilmu pengetahuan itu menyatukannya pada puncak prestasi yang sekarang ini dia geluti.

Pada puncak keseriusannya belajar teknik geologi saat menjadi mahasiswi Universitas UPN "Veteran" Yogyakarta, dia tersentak dengan seorang dosennya yang memberikan gambaran tentang keberadaan air bersih di bumi ini akan terus mengalami penurunan kualitas maupun kuantitasnya.

Para ahli hidrogeologi telah memprediksikan bahwa suatu saat manusia di bumi ini bisa terancam krisis air bersih. Tetapi masih sedikit orang yang berminat di jalur ilmu pengetahuan yang mempelajari keberadaan, dinamika, kuantitas, dan kualitas air di dalam kulit bumi.

Perempuan yang menempuh pendidikan pascasarjana di Asian Institute of Technology Bangkok, Thailand, itu tak pernah merasa lelah untuk menekuni keilmuannya. Dia pintar mengisi waktu luangnya untuk melawan kejenuhan yang datang setiap saat.

Di sela kesibukan penelitiannya, dia selalu mengisi waktunya dengan hunting foto. Dia memotret apa pun yang ia sukai, tentang alam dan sekitarnya.

Kesukaannya menulis cerpen dan baca puisi sewaktu remaja dia teruskan hingga sekarang dengan menulis karya buku yang terkait dengan ilmu yang selama ini dia tekuni. Waktu senggang pun dia manfaatkan untuk bermain musik.

Bersama teman-teman akademisi di lingkungan kampus, Sari masih aktif bermusik sebagai penabuh drum pada band perempuan yang ia bentuk. "Namanya, Gita Wimaya," kata perempuan yang memiliki semboyan hidup `tenang tapi pasti' itu. (M-6) Apalagi sekarang ini situasi alamnya juga sudah kritis. Jika kesadaran tidak dipupuk mulai sekarang, bisa jadi krisis air bersih mengancam dan menjadi bencana besar." Sulistiono



Post Date : 26 April 2010