Investasi Rp 900 Miliar Batasi Sedot Air Tanah

Sumber:Kompas - 28 Maret 2012
Kategori:Air Minum
KUDUS, KOMPAS - Direktorat Jenderal Sumber Daya Air bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan daerah air minum Kabupaten Kudus, Grobogan, Jepara, dan Pati, saat ini menyediakan Sistem Penyediaan Air Minum atau SPAM. Investasi senilai Rp 900 miliar itu bertujuan mengurangi penggunaan air tanah dalam sebagai bahan baku air minum dan menyediakan air minum bagi keluarga tak mampu.
 
Koordinator SPAM Dadi Muria Ahmadi Syafa, Selasa (27/3) di Kudus, mengatakan, SPAM sangat diperlukan di Kudus, Grobogan, Pati, dan Jepara. Wilayah- wilayah itu kerap krisis air dan minim bahan baku air.
 
Selama ini perusahaan daerah air minum (PDAM) setempat banyak memanfaatkan air tanah dalam atau artesis untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat. Namun, dari tahun ke tahun persediaan air tanah terus menipis.
 
”Di wilayah Kecamatan Bae, Kudus, misalnya. Ketinggian air tanah dalam dari permukaan air turun 50 meter menjadi 70 meter dalam lima tahun terakhir. Hal itu membuat PDAM menurunkan pompa air,” kata Ahmadi.
 
Kalau air tanah dalam diambil terus, kesuburan tanah akan terancam. Bahkan, bisa membuat penurunan permukaan tanah.
 
Program SPAM Dadi Muria diharapkan mampu mengurangi penggunaan air tanah dalam pada tahun 2014. SPAM akan mengambil air permukaan Bendung Klambu, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan, sebesar 1.350 liter per detik. ”Sasaran kami adalah 108.000 rumah tangga tak mampu yang belum mendapat air bersih dan menambah kekurangan pasokan air 73.377 pelanggan lama,” ujar Ahmadi.
 
Berdasarkan desain utama SPAM Dadi Muria, PDAM Kudus akan memperoleh 24.000 sambungan rumah baru (SRB), PDAM Grobogan 16.000 SRB, PDAM Pati 40.000 SRB, dan PDAM Jepara 28.000 SRB. Total panjang jaringan yang akan dipasang 146 kilometer.
 
Koordinator Penjaga Pintu Air Bendung Klambu Saikul mengemukakan, selama ini air Bendung Klambu dipergunakan untuk irigasi persawahan di Kudus, Pati, Grobogan, Demak, dan Jepara. Jika ingin digunakan untuk kepentingan lain, perlu mempertimbangkan fungsi utama bendung itu.
 
Selain itu, daya tampung air bendung itu semakin turun. Hal itu disebabkan sedimentasi yang membuat kedalaman dan lebar area tampungan air bendung berkurang. ”Dari pengamatan kami, tinggi sedimentasi 1-1,5 meter, sedangkan di sejumlah titik tepi area tampungan menyempit akibat penumpukan sedimentasi. Kalau mau dioptimalkan, tampungan bendung harus dinormalisasi,” ujarnya. (HEN)


Post Date : 28 Maret 2012