Intrusi Air Laut 2 Km

Sumber:Kompas - 15 April 2008
Kategori:Air Minum

Bandar Lampung, Kompas - Warga Dusun Bunut Tengah, Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan, mengeluh kesulitan mendapatkan air bersih yang layak konsumsi. Kondisi tersebut terjadi akibat intrusi air laut sejauh dua kilometer, menyusul gundulnya hutan bakau seluas 125 hektar dengan ketebalan tiga hektar di wilayah Sragi.

Ibu Kinok (70), warga Dusun Bunut Tengah, Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan, Minggu (13/4), mengatakan, dirinya sudah tinggal di desa tersebut sejak tahun 1979. Namun, saat itu air di sumur miliknya belum terasa asin.

Air sumur mulai terasa asin sejak delapan tahun yang lalu, tepatnya ketika warga desa mulai membabat dan membuka hutan bakau di sekitar pesisir Sragi untuk dijadikan lahan tambak. ”Saat itu sumur dengan air asin hanya terjadi di sumur yang terletak di pinggir pantai,” katanya.

Pembabatan hutan bakau menyebabkan mundurnya pantai hingga sejauh dua kilometer. Hal itu juga mengakibatkan intrusi air laut makin jauh ke daratan. Selain itu, saat pasang air laut terjadi, air laut merendam tambak-tambak tradisional di tepi pantai. Sedangkan ketika air laut surut, pantai dan tambak akan mengering dan pecah-pecah.

Karzudin, warga Dusun Bunut Tengah, Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan, mengatakan, erosi pantai sudah menyebabkan intrusi air laut ke dalam sumur-sumur warga.

Sebagian besar warga malah sudah kesulitan untuk mendapatkan air bersih yang layak untuk dikonsumsi. Air payau hanya dipakai untuk mencuci baju dan membersihkan peralatan rumah tangga.

Sumur baru

Muhammad, Kepala Desa Bandar Agung, membenarkan, dari 1.260 keluarga di desa itu, sebagian besar sudah kesulitan mendapatkan air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang layak konsumsi, warga terpaksa membuat sumur baru dengan cara mengebor.

”Kedalaman sumur bor bisa mencapai lebih dari 200 meter supaya mendapatkan sumber air tawar bersih,” katanya.

Untuk mengatasi kesulitan air bersih, sejak Maret 2008 warga Desa Bandar Agung berupaya menanami kembali pesisir yang gundul. Tujuannya untuk mengembalikan fungsi hutan dan melindungi pesisir dan wilayah dari intrusi. Dinas Kehutanan Lampung tercatat membantu penanaman bibit bakau di areal seluas 80 hektar.

Hanya saja, penanaman bibit bakau tersebut terkendala pasang surut air laut. Saat air laut pasang, bibit bakau tersebut terendam dan sebagian hanyut terbawa arus. Saat air laut surut, bibit bakau sudah hilang terbawa arus.

”Kami sekarang tengah berupaya mengawasi penanaman bibit bakau dan pemeliharaannya,” kata Muhammad.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) berupaya membantu pengawasan dan pemeliharaan dengan pembentukan kampung lestari. Melalui kampung lestari, setiap warga bertanggung jawab terhadap bibit bakau yang ditanam.

Sebelumnya dilaporkan kondisi hutan bakau di Provinsi Jambi juga telah rusak parah. Bahkan, telah berkurang 64.498 hektar atau menyusut 94 persen. Kerusakan hutan bakau disebabkan oleh kegiatan konversi lahan dan eksploitasi kayu.

Padahal, hutan bakau sebenarnya dapat berfungsi sebagai tameng untuk antisipasi daerah dari kemungkinan terjadinya bencana seperti tsunami atau banjir akibat air laut pasang. (hln)



Post Date : 15 April 2008