|
Jakarta, Kompas - Tanpa dampak kenaikan harga bahan bakar minyak pun, kondisi geografis Indonesia dan laju pertambahan penduduk sekitar 4,5 juta bayi lahir per tahun sudah menjadi tantangan sendiri dalam penanganan masalah kesehatan nasional. Hal itu khususnya terkait upaya pencapaian Sasaran Pembangunan Milenium. Demikian dikemukakan Utusan Khusus Presiden RI untuk Sasaran Pembangunan Milenium (MDGs) Nila F Moeloek pada Konferensi The Economist tentang pelayanan kesehatan di Asia yang berlangsung di Singapura, 28-29 Maret 2012. Tampil bersama Menteri Kesehatan Malaysia dan Menteri Kesehatan Filipina, Nila menegaskan pentingnya memperkuat kesahihan data dan infrastruktur kesehatan bila menginginkan pencapaian MDGs dengan dampak berkelanjutan. Fokus lain dalam pembangunan adalah pengendalian laju pertumbuhan penduduk dan era desentralisasi/otonomi daerah yang perlu penyesuaian di berbagai bidang, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan upaya lain. Dengan berbagai upaya inovatif itu, kata Nila, seperti dikutip dari siaran pers Kantor UKPRI untuk MDGs, Kamis (29/3), tantangan dalam upaya pencapaian MDGs bisa dijawab. Sebelumnya, dalam diskusi di Kantor UKPRI, Senin, Nila menyoroti kemungkinan terganggunya pencapaian MDGs bila muncul dampak kenaikan harga BBM. Menurut Sri Palupi dari Institut Ecosoc Rights, yang bersama Prof Suahasil Nazara dari Fakultas Ekonomi UI hadir dalam diskusi, mahalnya biaya kesehatan dan transportasi akan memunculkan tantangan baru bagi pencapaian MDGs. Kemungkinan itu ada, tetapi pemerintah menyiapkan program jaring pengaman, seperti bantuan langsung sementara masyarakat. Namun, skema ini mengandung banyak kendala, seperti seberapa cepat dan akurat sampai ke tangan yang berhak. Pada diskusi yang dihadiri Setyo Budiantoro dari Perkumpulan Prakarsa dan Mila Nuh dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan diketahui ada berbagai kesenjangan antara teori dan realitas di lapangan. (NIN) Post Date : 30 Maret 2012 |