|
BANDUNG,(PR).- Pascabencana banjir yang melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Bandung akibat meluapnya Sungai Citarum dan sejumlah anak sungainya, warga korban bencana dihadapkan pada beragam persoalan yakni munculnya berbagai penyakit, stres, trauma banjir, dan kerugian harta benda. Pemerintah setempat juga menghadapi beban berat akibat hancurnya sejumlah infrastruktur, menurunnya aktivitas perekonomian, hingga mencari upaya untuk menanggulangi banjir susulan yang membutuhkan dana tidak sedikit. Sesuai dengan instruksi gubernur, kemarin (Selasa, 1/3), permasalahan yang harus didahulukan adalah penanganan warga pascabencana. Penanganan tersebut berupa berbagai dampak yang ditimbulkan akibat bencana, diantaranya masalah timbulnya penyakit dan banjir susulan, kata Kepala Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) Priangan, H. Tenny Wishramwan, kepada PR, Rabu (2/3). Dikatakan Tenny, instruksi gubernur untuk mendahulukan penanganan warga pascabencana karena pada masa itu akan bermunculan berbagai penyakit dan kekhawatiran akan terjadinya banjir susulan. Untuk itu, langkah yang akan ditempuh di antaranya penanganan kesehatan dan meminimalisasi terjadinya banjir susulan. Wabah penyakit yang timbul pascabencana banjir sepeti diare, Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), muntaber, penyakit kulit, dan stres akibat trauma banjir. Langkah awal yang ditempuh diantaranya membagikan serbuk oralit, abate, dan larutan kaporit secara gratis setelah sebelumnya dilakukan arahan agar warga tidak menggonsumsi air sumur yang tercemar. Penanganan juga diikuti pemberian pengobatan secara gratis kepada warga yang terkena penyakit. Bekerja sama dengan Dinsos dan Dinkes serta PMI kabupaten dan provinsi, upaya ini telah dilakukan melalui Puskesmas keliling, ujar Tenny. Lumpur dan sampah Sementara itu, permasalahan yang kini belum terpecahkan adalah masalah tumpukan lumpur dan sampah serta pengerukan umbung-umbung. Karena sejumlah alat berat yang dimiliki provinsi maupun kabupaten masih konsentrasi dalam evakuasi korban bencana longsor sampah TPA Leuwigajah Kota Cimahi. Sementara itu berdasarkan pantauan PR di lapangan, Rabu (2/3), di sejumlah perkampungan Kecamatan Baleendah maupun Dayeuhkolot, warga masih berupaya untuk membersihkan rumah dan lingkung sekitarnya dari sampah dan lumpur. Kami masih bingung, sampah dan lumpur dapat dikumpulkan dalam dua hari ini, tapi mau dibuang ke mana? Tempat pembuangan jauh dan alat untuk mengangkutnya tidak ada. Jadi dibiarkan begitu saja asal tidak menghalangi jalan, ujar Suardi (46) warga Kamp. Bojong Citepus, Desa Cangkuang Wetan Kec. Dayeuhkolot. Hal serupa juga menimpa hampir seluruh warga yang rumahnya di pelosok gang yang padat perumahan, baik di Kec. Dayeuhkolot maupun Baleendah. Sampah dan lumpur dibiarkan begitu saja di depan rumah. Kepala Seksi Informasi dan Humas Kecamatan Dayeuhkolot, Inen, membenarkan mengenai permasalahan yang kini dihadapi warga. Memang kami saat ini kesulitan mengangkut sampah dan lumpur. Untuk mengangkut sampah sehari-hari saja, armada yang ada masih sangat kurang, katanya. Dikatakannya, sesuai instruksi dari gubernur pihak kecamatan saat ini lebih mengkonsentrasikan penanganan pascabencana banjir dalam hal makanan, kesehatan dan air bersih. Distribusi makanan dilakukan dengan cara membagi setiap desa yang seterusnya di serahkan ke pengurus RW. Sementara untuk kesehatan, sejak Rabu pagi, Dinkes Kab. Bandung dan provinsi, PMI serta RSI Al-Ihsan dan sejumlah relawan mulai membagikan serbuk kaporit dan abate untuk memberantas nyamuk atau air yang tercemar. Pembagian kaporit dan abate ke sejumlah daerah disertai sosialisasi penggunaan dan imbauan untuk tidak menggunakan air yang tercemar. Sedangkan untuk air bersih, pihak PDAM Kab. Bandung secara rutin setiap pagi dan sore membagikan air bersih ke pelosok perkampungan. Karena kapasitas dan armada yang tersedia sangat terbatas, kami mengharapkan agar warga mempergunakan air bersih sehemat mungkin, kata Inen. (A-87) Post Date : 03 Maret 2005 |