|
Bandung, Kompas - Sekitar 55 pabrik tekstil di Kabupaten Bandung saat ini terancam lumpuh karena bencana banjir yang melanda wilayah Kabupaten Bandung pada pertengahan Februari ini. Kerugian yang diderita diperkirakan mencapai 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 900 miliar. Hal itu diungkapkan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Daerah Kabupaten Bandung Aca Suparta di Bandung, Sabtu pekan lalu. Bencana banjir itu telah membuat aliran listrik padam sehingga aktivitas produksi pun menjadi terhenti. Dampaknya sebagian besar industri tekstil di Kabupaten Bandung terancam bangkrut. Bila pabrik harus ditutup, maka pengusaha tekstil itu harus menyediakan dana pesangon yang besar, yakni untuk 60.000 karyawan. Aca menyebutkan, belum ada pejabat Pemerintah Provinsi atau anggota DPRD Jawa Barat yang menjenguk kondisi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang memprihatinkan ini. "Kami merasa prihatin karena pemerintah dan anggota DPRD sebagai harapan kami tidak pernah datang mengajak berdialog, apalagi menawarkan solusi," ungkap Aca. Padahal, lanjut Aca, industri tekstil selama ini menyumbang kontribusi yang tidak kecil terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Jabar. Menurut Aca, banjir berskala besar terakhir terjadi tahun 1995, namun ketika itu air terus mengalir dan tidak menggenang. Tinggi air waktu itu hanya sekitar 20 sampai 40 cm, sementara banjir kali ini mencapai 50 cm sampai dua meter. Aca menyebutkan, kawasan industri tekstil yang berada di sepanjang Jalan Mohammad Toha, Cisirung; dan Mengger, Bandung, letaknya lebih rendah dari Kota Bandung sehingga menerima banyak limpahan air dan sampah. Sekretaris Jenderal Paguyuban Bandung Selatan Denny Lukita mengaku tidak tahu kapan industri tekstil di Kabupaten Bandung akan normal kembali. (bay) Post Date : 28 Februari 2005 |