|
INDRAMAYU, (PR).-Warga dua desa di Kec. Krangkeng, Kab. Indramayu, yakni Desa Singakerta dan Purwajaya, terpaksa hanya bisa mandi seminggu sekali. Kondisi itu harus dijalani sejak sebulan terakhir, menyusul krisis air yang melanda kawasan tersebut akibat musim kemarau. Di Desa Singakerta, kekeringan terparah terjadi di Blok Lebak Teratai. Sedangkan di Desa Purwajaya, kondisi yang tak jauh berbeda terjadi di Blok Templek. Hal itu antara lain diungkapkan Carsim (54) dan Tonah (43), warga Blok Lebak Teratai yang ditemui "PR", Kamis (30/8). "Wah, jangankan untuk mandi, buat minum dan masak sehari-hari saja, air sulit sekali diperoleh," ujar Carsim yang ditemui saat mengantre air bersih yang dipasok PDAM Dharma Tirta Ayu Indramayu. Untuk itulah, setiap kali truk tangki berisi air bersih bantuan PDAM datang, warga langsung menyerbu dan membuat antrean sangat panjang, meskipun jatah air bersih yang diterima setiap warga maksimal hanya satu hingga dua ember. Diakui Tonah, selain bantuan dari PDAM, sebenarnya ada pedagang air yang masuk ke desanya. Namun, karena harganya relatif mahal yakni berkisar antara Rp 2.000,00 sampai Rp 3.000,00 per jeriken, banyak warga yang tidak mampu membelinya. "Kecuali kalau bantuan air tidak datang dan sama sekali sudah tidak ada air, kami terpaksa membeli," ungkapnya. Menurut Carsim, krisis air bersih memang selalu melanda Desa Singakerta yang berbatasan dengan wilayah utara Kab. Cirebon pada setiap musim kemarau. Namun, untuk tahun ini kekeringan tergolong parah karena Sungai Kedaton yang mengalir di desa itu kini sudah kering kerontang. Padahal, air sungai itu biasanya masih menyisakan air dan bisa dimanfaatkan warga untuk mandi dan kebutuhan lainnya. Selain itu, sebagian besar warga tidak memiliki sumur sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal itu terjadi karena sumur yang ada, kebanyakan airnya asin hingga dinilai mubazir bila mengeluarkan uang untuk membuat sumur. Oleh karena itu, menurut Carsim, dalam kondisi krisis air seperti yang berlangsung saat ini, banyak warga yang hanya mandi seminggu sekali. Diperoleh keterangan, beberapa wilayah di Kab. Indramayu yang mengalami krisis air bersih, di antaranya wilayah Kec. Centigi dan Arahan. Di wilayah tersebut, warga terpaksa membuat sumur-sumur pantek di sungai-sungai yang telah mengering agar bisa memperoleh air untuk mandi dan kebutuhan sehari-hari. Menyusut Sementara di Subang, ribuan petani di wilayah pantai utara mulai gelisah dan mengeluh. Pasalnya, pasokan air dari Tarum Timur mulai menyusut sehingga banyak tanaman yang kekeringan, termasuk persemaian dan pembibitan tanaman padi. Akibatnya, tanam padi gadu kedua terancam gagal. Bahkan, areal sawah seluas 2.173 hektare yang sudah ditanam pun ikut terancam gagal panen. Berdasarkan pemantauan "PR", lahan sawah yang paling parah karena ancaman kekeringan ini adalah wilayah Desa Karang Mulya, Bobos, dan Pangarengan. Untuk menyiasati kekurangan air, para petani mencari jalan alternatif dengan menyedot air menggunakan pompa dari sumber air dan sungai yang ada. Camat Legon Kulon, Dra. Ela melalui Sekmat Drs. Sudjadi membenarkan adanya ancaman kekeringan akibat kekurangan pasokan air. Dia menyebutkan, luas areal persawahan yang ada di Kec. Legon Kulon mencapai 2.792 hektare dan hampir setengahnya kekurangan air. Sawah yang sudah ditanami mencapai 2.173 hektare dan dikhawatirkan tidak bisa dipanen. (A-96/A-151) Post Date : 31 Agustus 2007 |