|
INDRAMAYU, (PR).-Kabupaten Indramayu mengalami krisis air bersih terburuk dalam sejarah. PDAM setempat kelimpungan karena tak bisa melayani secara optimal kebutuhan masyarakat. Karena cadangan air bersih yang ada, diperkirakan hanya mampu memenuhi kebutuhan para pelanggannya dalam hitungan jam. Dalam 48 jam terakhir ini, Indramayu tengah memasuki masa paling kritis dalam sejarah krisis air bersih. Jika dalam rentang waktu itu tidak ada tambahan pasokan air, praktis PDAM akan lumpuh total. "Kami hanya mampu melayani masyarakat untuk dua hari. Selebihnya, kami belum jelas. Kami pesimis bisa memenuhi kebutuhan masyarakat," ujar Direktur Teknik (Dirtek) PDAM, Memet Junaedi yang ditemui di sela-sela upaya perbaikan salah satu pipa PDAM yang pecah di Jalan Linggapura, Kota Indramayu, Rabu (1/11). Parahnya lagi, di tengah krisis terburuk di mana masyarakat sangat kesulitan memperoleh air bersih, salah satu pipa PDAM pecah. Yang mengejutkan, ternyata pipa itu pecah sudah sejak dua minggu terakhir, sehingga selama itu pula semburan air bersih menjadi terbuang percuma. PDAM baru melakukan perbaikan pipa tersebut Rabu kemarin. Diperkirakan, air bersih yang terbuang sudah mencapai ribuan meter kubik. Namun begitu, pipa yang pecah itu, seperti dituturkan Memet, bukan merupakan jaringan distribusi langsung ke pelanggan. "Kebetulan pipa ini jaringannya khusus hanya melayani PT Polytama Propindo (pabrik biji plastik di Majakerta, Balongan-red.). Pecahnya pipa tidak ada kaitan dengan jaringan ke rumah penduduk," ujar dia. Lebih jauh, Memet mengemukakan kondisi kritis yang melilit PDAM lebih disebabkan oleh menurunnya debit air Sungai Cimanuk hingga mendekati ambang minimal. Padahal, air Sungai Cimanuk merupakan satu-satnya sumber air baku untuk PDAM Indramayu. "Debit air Cimanuk setiap hari turun drastis. Sekarang mendekati ambang minimal. Kami stres menghadapi masalah ini," ujar dia. Dijelaskan, pihaknya kini sudah tidak memperoleh tambahan pasokan air sama sekali dari Cimanuk. Sedangkan permintaan kiriman air dari Bendung Rentang telah dilakukan PDAM secara maksimal, tapi hingga kini belum jelas Berhenti operasi Menurut memet, sehubungan dengan menurunnya debit air dari Sungai Cimanuk, maka air praktis sudah tidak bisa masuk lagi ke fasilitas pengolahan air milik PDAM. Untuk itu, mulai Selasa (31/10) malam kemarin, intake PDAM di Plumbon sudah lumpuh total. "Intake Plumbon sudah lumpuh total. Tak bisa beroperasi karena tak ada pasokan air dari Cimanuk. Intake itu selama ini melayani kebutuhan air masyarakat di Kota Indramayu dan sekitarnya," ujar dia. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota dan sekitarnya, PDAM memanfaatkan intake Waduk Bojongsari. Itupun dengan menggunakan pompa air, supaya bisa menyedot air dari Cimanuk guna memperbesar kapasitas. "Sekarang, hanya intake Lohbener dan Jatibarang yang masih berfungsi. Itu pun kami harus memanfaatkan pompa air. Untuk masyarakat Indramayu timur, andalan satu-satunya hanya intake Lohbener, sedang Indramayu kota bergantung pada intake Bojongsari. Yang membuat repot, cadangan air di waduk itu pun terus merosot," ujar Memet. Di sisi lain, ribuan konsumen PDAM, khususnya yang berdomisili di Kota Indramayu, Sindang, dan sekitarnya, dalam sepekan ini menjerit karena kekurangan air. Kran di rumah-rumah sudah tidak mengalirkan air secara optimal. "Jangankan pada jam-jam sibuk pemakaian, tengah malam saja kran tidak bisa mengeluarkan air. Tiga hari terakhir ini malah sama sekali tidak ada air. Kita semua kebingungan. Ini tentu tanggung jawab PDAM, perusahaan itu harus maksimal mengatasi kesulitan air ini," ujar seorang konsumen yang tinggal di daerah kota, bernama Hendi (34).(A-93) Post Date : 02 November 2006 |