Denpasar, Kompas - Menjelang perhelatan Konferensi Para Pihak Ke-13 pada Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, Indonesia menggelar berbagai acara yang bernuansa prolingkungan.
Di Kota Tegal, Jawa Tengah, akan ditanam 1.500 cemara laut di sepanjang pantai, pekan ini, untuk menahan laju abrasi.
Demikian disampaikan Kepala Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Tegal Agus Santoso seusai diskusi kampanye perubahan iklim di Tegal, Rabu (14/11) malam. Penanaman dilakukan di pantai Kelurahan Panggung dan Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur. Sebanyak 1.500 pohon cemara laut itu adalah bantuan dari PT PLN Area Pelayanan dan Jaringan Tegal.
Menurut kondisinya, penggerusan dipengaruhi bentuk pantai di Tegal yang menyerupai teluk. Selain ditanami bakau, juga bisa dengan membangun fisik seperti groin. Groin di pantai berfungsi memperkecil ombak dan menangkap pasir. Tahun ini dipasang groin sebanyak 20 batang.
Sementara penanaman bakau dilakukan dengan menanam pohon baru dan menyulami tanaman yang rusak. Pada Juli lalu, sebanyak 7.500 pohon cemara laut ditanam di kawasan pantai Kota Tegal. Namun, penanaman masih terkendala iklim dan cuaca masih dominan.
Sementara itu, di Bali siap ditanami bakau, demikian dikatakan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali I Made Sulendra di Denpasar, Kamis (15/11). Kegiatan itu merupakan salah satu bentuk dukungan pada pelaksanaan Konferensi Para Pihak Ke-13 pada Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim.
Dengan program itu, Bali mencapai target penanaman pohonnya sebanyak 5.685.000 batang—berbagai bibit pohon.
Dampak pada kesehatan
Ketua Kajian Kesehatan Lingkungan Ikatan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia Budi Haryanto pada acara diskusi "Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Masyarakat" mengatakan, "El-Nino, fenomena alam di lautan Pasifik, telah memberi kontribusi terhadap penyebaran penyakit malaria, demam berdarah, diare, kolera, encephalitis, dan penyakit akibat vektor lainnya," katanya kemarin.
Tidak hanya di negara-negara dunia ketiga, penyakit-penyakit tersebut juga terjadi di negara-negara yang telah maju. Ironisnya, negara berkembang yang lebih sedikit kontribusinya dalam pemanasan global justru paling rentan terjangkit penyakit.
Musim hujan yang berkepanjangan memperluas area genangan air dan menjadi tempat ideal bagi perkembangbiakan nyamuk- nyamuk penyebab malaria, demam berdarah, enchepalitis, dan penyakit-penyakit terkait dengan banjir.
Musim kemarau panjang menyebabkan menipisnya persediaan air bersih dan memudahkan penularan diare, kolera, dan penyakit-penyakit saluran cerna lainnya. (AYS/BEN/WIE/LOK)
Post Date : 16 November 2007
|