|
SURABAYA--Hasil kajian tim independen tentang penafsiran incinerator yang akan dibeli PT Unicomindo Perdana sudah selesai. PT Sucofindo yang ditunjuk Pemkot Surabaya memberikan kajian terhadap incinerator yang mangkrak sejak 1998, sudah menafsir harga yang layak jika incinerator dijual. Menurut Ir Tondojekti, Kepala Bappeko Surabaya, tafsiran harga incinerator belum dilihat. Selain tafsiran harga dalam kajian Sucofindo belum mengindikasikan bahwa incinerator di Keputih Sukolilo bisa beroperasi 10 tahun ke depan. Hasil perhitungan Sucofindo kalau terjadi realisasi pembelian oleh Unicomindo kemudian sampah Surabaya dibakar ke incinerator, kata Tondo, harga yang ditawarkan Unicomindo cukup mahal. Ini dikhawatirkan mempengaruhi retribusi sampah Surabaya. ''Jacob Hendrawan-Direktur Unicomindo-mematok harga Rp 502-Rp 813 per ton sampah. Ini menurut Sucofindo cukup mahal bagi Pemkot Surabaya. Mahalnya harga yang ditawarkan Jacob untuk pembakaran sampah karena dimasukkan poin biaya oeprasional, biaya tunggakan serta bunga,'' papar Tondo. Dari hasil kajian Sucofindo tersebut, menurut Tondo, pihaknya dihadapkan pada dua pilihan. Pertama, dijual ke Jacob dan pembakaran sampah dikerjasamakan dengan Jacob. Kedua, incinerator dijual saja sementara pengolahan sampah bisa dikelola dengan cara yang lain. Dari dua pilihan ini, kata Tondojekti, saran terakhir akan diberikan ke wali kota untuk mengambil kesimpulan. Incinerator dijual ke Jacob tanpa ada kerja sama pembakaran sampah. ''Karena Sucofindo sendiri belum melakukan kajian apakah incinerator itu bisa beroperasi 10 tahun ke depan. Di samping itu, pembakaran sampah dengan incinerator di Keputih banyak menuai protes karena dianggap tidak ramah lingkungan,'' ujarnya. Seperti diberitakan incinerator yang dibeli dari Prancis dan dikerjasamakan dengan PT Unicomindo Perdana tidak beroperasi lagi sejak 1998. Masalahnya, biaya operasional cukup tinggi dan cicilan plus bunga yang harus dibayarkan Pemkot Surabaya ke Unicomindo cukup mahal karena disesuaikan dengan nilai kurs dolar. Selain itu, incinerator senilai Rp 33 miliar yang digunakan membakar sampah Surabaya ternyata tidak bisa dioperasionalkan meski belum 10 tahun dibeli. Akibatnya, Pemkot Surabaya memutuskan berhenti tidak menggunakan alat pembakar sampah itu. Sementara pihak Unicomindo berencana ingin membeli alat incinerator daripada tidak dimanfaatkan Pemkot Surabaya. Laporan : edo Post Date : 11 Oktober 2004 |