|
JAKARTA - Suaka Margasatwa Muara Angke terancam tertimbun sampah. "Setiap hari sampah yang masuk ke hutan bakau itu mencapai 500 kilogram," kata Hendra Aquan, Sekretaris Jakarta Green Monster, kepada Tempo, Minggu lalu. Menurut Hendra, banyaknya sampah yang masuk ke suaka margasatwa yang luasnya 25,02 hektare itu akibat tidak adanya koordinasi antarpemerintah daerah. "Pemerintah Jakarta Utara tidak bisa bekerja sendiri, tapi harus berkoordinasi juga dengan Pemerintah Kabupaten Bogor, misalnya," ujarnya. Hendra menegaskan sebagian besar sampah yang masuk ke hutan bakau di Muara Angke berasal dari aliran sungai yang mengalir dari Bogor. Untuk mencegah masuknya sampah ke hutan bakau itu, Green Monster, organisasi yang peduli terhadap lingkungan, telah memasang jaring. "Dengan jaring itu, sampah yang masuk berkurang sekitar 100 kilogram per hari," kata Hendra. Hendra menilai upaya Pemerintah Kota Madya Jakarta Utara yang mengoperasikan lima unit perahu kebersihan untuk mengangkut sampah kurang optimal. Sebab, perahu yang ada hanya mampu mengangkut 40 meter kubik sampah per hari. "Padahal sampah yang masuk ke Teluk Jakarta, termasuk Suaka Margasatwa Muara Angke, mencapai 120 meter kubik per hari," ujar Hendra. Kepala Badan Pengendali Lingkungan Hidup DKI Jakarta Budirama Natakusumah menyatakan pihaknya akan membalikkan posisi rumah-rumah di sepanjang Kali Muara Angke. "Pintu rumah harus menghadap ke kali," kata Budirama. Sebab, kalau membelakangi sungai, warga akan terus membuang sampah ke kali. Budi mengaku pihaknya masih mengkaji dampak sampah di hutan bakau itu. Menurut dia, untuk menangani sampah, tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali berkoordinasi dengan dinas terkait. Menanggapi tudingan sampah di sungai Jakarta berasal dari Bogor, Kepala Humas Kabupaten Bogor M. Sjahuri membantahnya. "Kabupaten Bogor bukan pemasok sampah ke hutan bakau Jakarta," ujarnya. Tapi Sjahuri mengakui masih ada warga yang membuang sampah ke sungai. Menurut dia, sampah tak hanya berasal dari Bogor. Ada delapan aliran sungai dari Bogor yang bertemu dengan sungai lain yang melintasi Jakarta, di antaranya Sungai Ciliwung, Cileungsi, Cikeas, Ciangke (Kali Angke), Cisadane (melintasi Tangerang), dan Kali Baru melintasi Depok, sampai ke Jakarta. Dia berharap pemerintah daerah yang dilintasi sungai memiliki visi yang sama: menyadarkan warganya untuk tidak membuang sampah ke sungai. "Jangan Bogor terus yang disalahkan," kata Sjahuri. Menurut dia, kasus sampah sama dengan kasus banjir. Selama ini Jakarta selalu menyebut Bogor sebagai daerah pengirim air yang menyebabkan Jakarta banjir. Senada dengan Sjahuri, Kepala Subbidang Prasarana Perkotaan pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bekasi Koswara meminta agar masalah sampah di sungai ditangani secara terkoordinasi. "Kalau sekarang, kan, pengelolaan sungai sendiri-sendiri," ujar Koswara. "Alangkah baiknya dikelola secara bersama-sama." DWI RIYANTO | MUSTAFA SILALAHI | DEFFAN PURNAMA | SISWANTO Post Date : 12 Juni 2007 |