Hulu Sungai Barito dan Mahakam Banjir Hebat

Sumber:Kompas - 12 April 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Banjarmasin, Kompas - Banjir skala besar, yang sebelumnya tidak pernah terjadi, Senin kemarin melanda bagian hulu dari Sungai Barito, seperti di Kabupaten Barito Utara dan Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Begitu pun di bagian hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, terjadi banjir besar yang menggenangi ribuan rumah di Kabupaten Kutai Barat.

Penduduk di Kabupaten Barito Utara dan Barito Selatan, Kalimantan Tengah, terancam terisolasi karena jalur distribusi makanan lewat sungai, apalagi lewat darat, terputus karena tingginya air. Di beberapa lokasi ketinggian air mencapai 3-5 meter sehingga menggenangi rumah, jalan raya, dan ladang-ladang penduduk.

Di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, ribuan industri yang menjadi sumber pendapatan utama warga kini lumpuh. Hal tersebut terjadi karena rumah-rumah warga terendam air.

Kepala Bagian Humas Kabupaten Hulu Sungai Utara Hasmi Rivai mengatakan hal ini. Sekurang-kurangnya 9.209 unit industri rakyat, seperti anyaman, mebel kayu, dan aneka kerajinan, lumpuh karena rumah-rumah warga serta jalan raya terendam air.

Lima kecamatan yang menjadi pusat industri kerajinan, yakni Kecamatan Amuntai Tengah, Amuntai Selatan, Amuntai Utara, Sei Pandan, dan Banjang, kini juga waswas menanti banjir yang tak kunjung hilang. "Biasanya banjir memang sampai satu bulan," kata Hasmi.

Banjir di hulu

Warga Muara Teweh, ibu kota Kabupaten Barito Utara, Rudimanto (31), mengatakan, sepanjang hidupnya ia baru menemui banjir sebesar ini. "Semua anak Sungai Barito meluap, ketinggian air mencapai 3,5 meter, rumah-rumah terendam rata dengan Sungai Barito," katanya.

Semua pusat perdagangan di kota tersebut lumpuh total, di antaranya di Jalan Timur, Jalan Sangaji Hulu, dan Jalan Panglima Batur. Termasuk dua buah pasar, yaitu Pasar Pendopo dan Pasar Barito Permai.

Kegiatan perekonomian dan angkutan antarprovinsi juga berhenti karena jalan putus. Kondisi tersebut membuat warga khawatir karena satu-satunya jalan darat yang menghubungkan kabupaten itu dengan ibu kota Kalteng, yaitu Palangkaraya, harus melalui Kalsel. Sementara kabupaten-kabupaten di Kalsel juga terendam akibat limpasan air dari Kalteng.

Wakil Bupati Barito Utara Oemar Zaki mengatakan, banjir kali ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah. Tahun 1957 pernah juga ada banjir besar, tetapi tingkat keparahannya tidak seperti kali ini.

"Sebanyak 70 desa terendam, pemerintah daerah sudah membantu beban masyarakat korban melalui satuan pelaksana di daerah. Beras sedikitnya empat ton sudah kami salurkan dan saat ini kami juga terus berusaha membantu," katanya.

Selain itu, pihaknya sudah menggalang bantuan, baik dari dana APBD maupun dari pihak swasta. Dari provinsi, menurut Oemar, juga sudah mengirimkan bantuan. Tentu saja bantuan itu harus melewati Kalsel seperti Kabupaten Hulu Sungai Utara yang saat ini juga dilanda banjir.

Kabupaten Barito Selatan, Kalteng, juga lumpuh akibat jalan-jalan perkotaan terendam air. Warga Buntok, ibu kota Kabupaten Barito Selatan, Marhadi, mengatakan, dalam sepekan ini banjir masih tetap melanda rumah penduduk dan justru air semakin naik.

Suplai barang-barang kebutuhan ke daerah itu juga tersendat karena, sama seperti Barito Utara, transportasi ke daerah tersebut juga harus melewati Kalsel yang kini terimbas banjir.

Mahakam meluap

Di Kalimantan Timur, Sungai Mahakam yang panjangnya 980 kilometer dan lebarnya 400-600 meter justru meluap di bagian hulu sehingga menggenangi ribuan rumah di Kabupaten Kutai Barat, yang terletak sekitar 560 kilometer dari Balikpapan. Luapan air lebih dari lima meter dari posisi normal sehingga terminal, pasar, dan rumah penduduk terlanda banjir.

Banjir paling parah, antara lain, terjadi di Kecamatan Melak, Kecamatan Barong Tongkok, Tering, Long Iram, dan Kecamatan Long Hubung. Ribuan warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi karena air Sungai Mahakam terus meluap seiring dengan hujan yang terus turun di bagian hulu.

Akibat derasnya arus air, jalur sungai Samarinda-Melak sejauh 400 km juga terganggu karena kapal tidak ada yang berani melaluinya. (AMR/THY)



Post Date : 12 April 2005