BATANG - Ratusan rumah di Desa Kalipucang Wetan, Batang, terendam banjir setelah hujan besar mengguyur, Rabu (14/9) malam. Selain rumah penduduk, banjir di desa tersebut juga menggenangi Jl Perintis Kemerdekaan sehingga membuat arus transportasi di jalur strategis menuju Kota Batang terhambat.
”Ada sekitar seratus rumah dari tiga RT yang terendam. Tadi malam hujan lebat,” ujar Kades Kalipucang Wetan, Suasmaranto, Rabu (14/9).
Dia mengatakan, seratus rumah tersebut tersebar di tiga RT, yakni RT 1 RW 1, RT 2 RW I, dan RT 4 RW 2. Genangan air mencapai ketinggian 30 cm.
Akibat banjir, warga tidak bisa beraktivitas karena air masuk ke rumah-rumah. Kondisi yang sama terjadi di Jln Perintis Kemerdekaan.
Di tempat ini genangan air muncul cukup tinggi sehingga membuat kendaraan yang melintas harus melambat. Padahal jalur tersebut merupakan jalan vital menuju Kota Batang.
”Kalau hujan lebat pasti begini. Sekarang lebih lumayan karena genangan air paling sampai tiga hari. Sebelumnya bahkan bisa sampai setengah bulan atau satu bulan,” ungkapnya.
Pihak desa, kata Suasmaranto, telah berusaha untuk meluruskan Sungai Kalipucang beberapa waktu lalu. Ini lantaran sungai itu berkelok dan jika ada hujan lebat membuat genangan air sampai cukup lama. Pelurusan sungai dilakukan dengan mengorbankan sehingga ketika ada banjir genangan air sudah tidak terlalu lama seperti sebelumnya.
Selain di Kalipucang Wetan, hujan lebat yang turun juga telah membuat Saluran Air Grapyak III di perbatasan Desa Kalibeluk, Batang dengan Desa Duwet Pekalongan meninggi debitnya. Padahal sebelumnya di saluran air tersebut debitnya sangat kecil.
Petugas pengawas saluran air, kemarin, melakukan pemantauan intensif mengantisipasi terjadinya luapan karena besarnya air yang ada.
Penjaga Pintu Air (PPA) Kalikupang Dinas Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) Koordinator Wilayah Pekalongan Fathurozi mengatakan, besarnya debit air merupakan kiriman dari berbagai desa seperti Sidorejo, Kaliwareng, Pesaren, serta desa-desa lainnya.
Sebelumnya di sekitar Saluran Air Grapyak III, petani harus menggunakan diesel guna mengairi lahannya. Meski debit air besar, pihaknya tidak membuka pintu saluran untuk membuang air. Ini disebabkan luapan yang meluber ke area persawahan belum terjadi. Petani masih memerlukan banyak air untuk lahan-lahan mereka. ”Sengaja tidak kita buka karena petani masih membutuhkan air. Namun jika hujan besar lagi, pintu saluran air kemungkinan kita buka karena bisa tidak memuat air yang ada,” tuturnya. (H56-86)
Post Date : 15 September 2011
|