Hujan Lagi, Banjir Lagi

Sumber:Indopos - 29 Februari 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

MALANG - Hujan lebat di penghujung Februari 2008 kemarin mendorong banjir di mana-mana. Sedikitnya 27 rumah di RW 4 dan 1 musala di Kelurahan Bandulan dan puluhan rumah di Kelurahan Kemirahan Gang I dan Gang II, Kota Malang terendam. Tinggi banjir mencapai 20 centimeter hingga 1,5 meter.

Tak cuma itu. Satu rumah milik Slamet, di Kelurahan Pisang Candi hanyut dihantam arus Sungai Metro.

Di Kemirahan, selain rumah warga juga Kantor Disperindagkop di Jalan Ahmad Yani tak luput dari luapan air gorong-gorong yang tertutup bangunan. Luapan air juga terjadi di Kelurahan Karangbesuki akibat saluran yang tertutup sampah.

Hingga berita ini diturunkan, Satkorlak (satuan koordinator pelaksana) penanggulangan bencana Kota Malang masih melakukan pendataan sementara. Untuk kepastiannya, mereka masih menunggu penghitungan lebih lanjut dari petugas.

Banjir di RW 4 Bandulan terjadi mulai pukul 14.45. Saat itu, warga tidak menyadari saat air mulai menggenangai rumah mereka. Sebab rata-rata air datang dari bagian belakang rumah yang posisinya membelakangi Sungai Metro. Dalam waktu seperempat jam saja, air di rumah yang paling dekat dengan sungai sudah mencapai ketinggian dada orang dewasa.

"Begitu ada air masuk banyak sekali, saya langsung lari. Saya jalan saja ke kampung atas, air sudah setinggi perut," ungkap Jami’an, salah seorang warga.

Totok, warga RT 4 mengaku tidak sempat mengevakuasi barang-barang miliknya. Sebab air datang tiba-tiba dan membuat panik dia dan keluarganya. Dia memilih lari terlebih dahulu karena takut air semakin meninggi dan membahayakan nyawa. Malam hari, dia dan puluhan tetangganya dipastikan kedinginan. Sebab rata-rata mereka tidak sempat mengevakuasi kasur, pakaian, dan selimut.

"Di rumah saya airnya sedada. Pakaian dan barang-barang tidak sempat saya amankan. Ya tinggal baju basah ini. Tadi ada yang sempat bawa televisi tetapi tidak sempat membawa pakaian," kata Totok seraya mengibaskan kausnya yang basah.

Ketua RT 10 Hermawan mengatakan, di wilayah tempat tinggalnya, pernah banjir pada 2004 lalu. Namun saat itu lahan di pinggir sungai itu belum ada penghuninya. Sehingga tidak begitu bermasalah. Kini sudah empat tahun berlalu, lokasi yang sejajar sungai itu kembali kebanjiran. "Untuk di RT 10, tidak separah di RT 11. Warga saya sudah mulai membersihkan lumpur yang masuk," katanya.

Sementara Slamet yang rumahnya hanyut sebagian hanya pasrah. Dia menyadari bahwa letak rumahnya persis di pinggir sungai. Namun dia berharap ada bantuan dari pihak kelurahan. Riamah, salah satu anaknya mengaku ketakutan sekali ketika kamar, musala, dan dapur yang berdiri persis di bibir sungai mulai terbawa arus. Dia langsung lari ke jalan untuk menyelamatkan diri. Riamah mengaku takut kembali sebelum air sungai surut. "Takut Mas. Tahu-tahu retak dan hanyut," ungkapnya.

Hanyutnya sebagian rumah Slamet menjadi perhatian warga yang melewati jembatan Bandulan. Mereka menghentikan kendaraan di jembatan untuk sekadar menonton derasnya arus dan puing rumah Slamet. Polisi dari Polsek Sukun pun dibuat repot menghalau warga karena memunculkan kemacetan.

Camat Sukun Alie Mulyanto mengatakan, lokasi yang kebanjiran di RW 4 adalah lokasi bantaran sungai. Untuk itu, akan ada evaluasi dan pendataan soal posisi rumah-rumah di sana. Sebab sesuai ketentuan, jarak 15 meter dari bibir sungai adalah daerah larangan permukiman.

Untuk tindakan sementara, Alie menunggu perintah. Termasuk belum adanya kepastian pembangunan dapur umum untuk suplai makanan kepada warga korban banjir. "Belum, kami tunggu perintah," katanya saat menghantarkan Wawali Bambang Priyo Utomo ke lokasi banjir.

Hujan deras kemarin juga dikeluhkan oleh warga Kelurahan Mojolangu. Tepatnya di areal sekitar SMPN 18. Adanya saluran air yang menyempit membuat air meluap ke jalanan. "Jalan kayak sungai. Inilah akibatnya kalau saluran air dibuat sempat karena terdesak bangunan," keluh Jati Widodo, Ketua LPMK Mojolangu.

Banjir juga dikeluhan warga di Jalan Ikan Lodan. Air menggenangi jalan akibat gorong-gorong menyempit dan buntu.

Selain di Kota Malang, sedikitnya 15 rumah warga di Dusun Lowoksuruh, Desa Mangliawan, Pakis, Kabupaten Malang juga terendam banjir. Banjir terjadi akibat aliran air Sungai Wendit bertemu dengan air Sungai Kalisari. Air kemudian meluap mengenai ke perumahan warga di kawasan Wendit.

"Di pemandian Wendit, tinggi air mencapai 2 meter. Air setinggi 1 meter juga merendam rumah warga," ujar Kaur Pembangunan Desa Mangliawan, Sunaryo ketika dikonfirmasi kemarin.

Warga yang rumahnya terendam banjir, terpaksa mengevakuasi diri ke rumah tetangga yang lebih aman.

Meski demikian, warga korban banjir mengakui bahwa di wilayahnya sudah langganan banjir. "Hanya, kali ini banjir lebih besar dari biasanya," ujar Sunaryo yang rumahnya juga terendam.

Hingga malam sekitar pukul 18.45, banjir belum juga reda, karena di kawasan Wendit juga masih hujan gerimis. "Hujan tidak berhenti sejak pukul 15.00 tadi," ucap Sunaryo. (yos/gus/ing)

 



Post Date : 29 Februari 2008