|
Samarinda, Kompas - Sekitar 2.000 keluarga warga Kelurahan Loa Janan Ilir, Kecamatan Samarinda Seberang, Samarinda, Kalimantan Timur, rumahnya dilanda banjir, Jumat (10/12). Hujan deras yang mengguyur pada dini hari itu juga menyebabkan tanah longsor yang menewaskan dua warga dan seorang luka-luka. Dua warga yang tewas adalah warga RT 42 Kelurahan Loa Janan Ilir, Siti Aisyah (21) dan anaknya, Lupi Satita (1,5). Sedangkan Sugiansyah (24), suami Siti Aisyah, selamat namun mengalami luka dan harus dirawat di rumah sakit. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kota Samarinda Ridwan Tassa mengatakan, Pemkot Samarinda segera memberikan bantuan kepada warga yang mengalami bencana. Dikatakan, dua korban tewas karena tidak sempat menyelamatkan diri saat terjadi longsor yang disertai hujan lebat. Banjir besar yang terjadi, menurut Camat Samarinda Seberang Sumaryadi, menggenangi sekitar 1.500 rumah yang dihuni sekitar 2.000 keluarga. Banjir setinggi satu meter hingga 1,5 meter itu menggenangi 19 RT, yakni RT 30-41, 44-47 dan RT 49, masing-masing di permukiman Jalan Barito dan Jalan Cipto Mangunkusumo. Banjir juga merendam empat gedung sekolah, yakni satu taman kanak-kanak, Sekolah Dasar 028, Sekolah Menengah Pertama Negeri 15, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Samarinda. Akibat tingginya genangan air, murid keempat sekolah itu terpaksa diliburkan. Hujan deras menyebabkan Sungai Loh La yang mengalir di dekat permukiman warga meluap. Menurut Sumaryadi, Sungai Loh La sudah lama mengalami pendangkalan dan banyak terdapat tanggul bangunan milik warga. Dari pantauan Kompas, sejumlah kawasan di Samarinda saat ini menjadi daerah rawan longsor dan banjir akibat maraknya pengeprasan bukit untuk pembangunan perumahan, pertokoan maupun hotel. Salah satu contoh, misalnya pengeprasan bukit di Jalan DI Panjaitan di kawasan Air Hitam, dan sejumlah daerah lainnya yang menyebabkan daerah tersebut sering dilanda banjir. Ridwan Tassa menjelaskan, Pemkot Samarinda kini sedang giat-giatnya melakukan pembangunan. Apalagi kota ini juga sedang mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah PON tahun 2008 mendatang. Namun, ia mengakui ada akibat sampingan pembangunan kota itu, seperti banjir dan longsor. Banjir di Palembang Sementara itu, banjir di Palembang, Sumatera Selatan, baru akan dapat diatasi pada tahun 2010, setelah drainase di enam sungai diperbaiki. Menurut Wali Kota Palembang Eddy Santana, Jumat, perbaikan drainase itu membutuhkan dana sekitar Rp 96,5 miliar dan waktu selama lima tahun. Keenam sungai yang bermuara di Sungai Musi itu adalah Sungai Sekanak, Sungai Bendung, Sungai Buah, Sungai Gasing, Sungai Borang, dan Sungai Sriguna. Selama ini, kata Eddy, banjir selalu melanda Palembang karena tidak ada perencanaan drainase yang komprehensif pada sistem pengaliran air ke Sungai Musi. Sungai-sungai itu sering tidak dapat mengalirkan air ke Sungai Musi karena ada banyak masalah di muara sungai. Bahkan, air dari Sungai Musi dapat masuk saat pasang, dan air dari kota tak dapat keluar saat puncak musim hujan. Untuk mengatasi itu, Pemerintah Kota Palembang bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung membuat rencana induk drainase di enam sungai. Menurut Indratmo Sukarno, Ketua Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri ITB, masalah banjir yang dialami Palembang disebabkan oleh penurunan muka tanah dan meningkatnya permukaan air Sungai Musi. Penurunan itu karena banyaknya air tanah yang disedot untuk berbagai keperluan, sehingga lapisan tanah yang dulu terisi air menjadi turun. Sementara peningkatan muka air Sungai Musi, disebabkan oleh pendangkalan dasar sungai. (ray/eca) Post Date : 11 Desember 2004 |