Hore.. Masyarakat Miskin Dapat Akses Air Bersih

Sumber:Kompas - 25 November 2009
Kategori:Air Minum

JAKARTA, KOMPAS.com – Menuju Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals, MDGs), Pemprov DKI Jakarta memperluas akses air bersih ke masyarakat berpenghasilan rendah. Ada 8 lokasi percontohan dalam program yang dinamakan Global Partnership on Output-Based Aid ini.

“Jakarta banyak masalah dalam pendistribusian (air), bukan hanya mahal tapi terkait dengan masalah-masalah sosial,” kata Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo saat mengunjungi proyek GPOBA di Sumur Bor RW 12 Kalideres Jakarta Barat, Rabu (25/11).

Menurut Foke program ini adalah hasil kerjasama Pemda dengan operator PAM Jaya yakni Palya dan Aetra serta didukung oleh Bank Dunia sebagai penyandang dana. Karena biayanya tidak sedikit, yakni Rp 600 ribu untuk setiap kali penyambungan. Untuk pembiayaan awal, Palyja terlebih dahulu membiayai investasi ini.

“Program ini direncanakan sebagai grand dari Bank Dunia. Tapi dibayarnya nanti,” terang Foke.

Karena bantuan Bank Dunia ini berupa pinjaman maka ikut berpengaruh pada APBD dan tentunya pada kebijakan subsidi. Mengingat kebutuhan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat kecil terus meningkat maka subsidi pun idealnya terus meningakat. Namun, subsidi pun ada batasnya, maka direncanakan akan ada subsidi silang dalam penyediaan air bersih ini. “Saya tidak bisa berharap (seluruhnya dari subsidi). (Masyarakat) yang di atas dan tengah kita beri tambahan untuk menambahi tarif supply yang kurang mampu,” ujar Foke.

Bank Dunia, menurut Ima Magdalena Setiono dari kantor Bank Dunia akan mengontrol proyek ini. Ada auditor indenpenden yang akan memastikan masyarakat membayar biaya air bersih sebagai tanda ikut memiliki dan memelihara fasilitas ini. “Untuk reimburse akan dibayarkan tiap tahun,” ucap Ima.

Masyarakat Sambut Baik

Sasaran proyek GPOBA adalah masyarakat berpenghasilan rendah. Maka tidak heran Bank Dunia meminta tarif yang dibebankan kepada masyarakat tidak tinggi. Untuk itu, Pemda menetapkan dari biaya air bersih sejumlah Rp 600 ribu ditekan menjadi Rp 120 ribu yang dibayar selama 12 bulan.

Setelah berjalan selama 6 bulan, ternyata proyek ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Dari data puskesmas tampak penderita gatal-gatal dan diare selama kurun waktu itu turun secara signifikan. “Air bersih ini merupakan awal dari kehidupan yang lebih bersih, yakni dengan memelihara dan menjaga lingkungan, membuang sampah pada tempatnya. Dengan demikian kehidupan masyarakat ini dapat lebih baik,” harap Foke.

Masyarakat sendiri merasakan secara langsung proyek ini. “Alhamduliliah lebih bagus daripada air biasa,” ucap Yanti warga Sumur Bor. Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa air bersih ini memberikan kemanfaatan berarti bagi kesehatan. Yang jelas ia tidak lagi mengangkut air dengam ember atau jeriken.

Hal yang sama diungkapkan warga lain, Watik. Mereka berharap layanan ini terus berlanjut. “Mudah-mudahan selamanya murah selamanya,” ujar Watik sambil tertawa lepas.

Jaringan pipa yang masuk proyek GPOBA ini sepanjang kurang lebih 56,6 kilometer dengan 4.884 pelanggan. Daerah yang tercakup adalah Menceng, Muara Baru, Rawa Bengkel, Rawa Lele, Utan Jati, Warung Gantung dan Sumur Bor. FRANS AGUNG



Post Date : 25 November 2009