|
Air PDAM Surabaya yang selama ini dikeluhkan masyarakat sangat buruk kualitasnya, ternyata masih layak minum. Kelayakan ini berdasarkan hasil penelitian Sucofindo, lembaga independen yang bergerak dibidang penelitian termasuk air PDAM Surabaya. Ir Pengkie Sugiho Pangestu, Dirut PDAM Surabaya saat diskusi publik 'PDAM Kota Surabaya Reload and Strikes', akhir pekan lalu mengatakan, selama tiga bulan hingga Desember mendatang, Sucofindo diminta meneliti tentang kualitas air minum PDAM Surabaya. ''Kita keluarkan biaya Rp 100 juta untuk Sucofindo meneliti kualias air minum. Hasil sementara memang layak diminum. Ini dicek saat produksi air keluar sama dengan pelanggan. Yang menyebabkan tidak layan diminum, kemungkinan dari medianya seperti pipa yang digunakan,'' ujar Pengkie. Dengan teknologi, kata Pengkie, air PDAM layak diminum termasuk medianya tidak menggunakan pipa PVC karena bukan termasuk food grit. Yang disarankan pipa HD PE yang bisa disambung dan menghindarkan masuknya kotoran dalam pipa. Hanya saja kalau pipa jaringan PDAM Surabaya sepanjang 3.800 km diganti pipa HD PE, menurut Pengkie, tidak cukup lima tahun. Di sisi lain, PDAM Surabaya mengembangkan sistem oto debet Bank Mandiri selain cara penagihan seperti yang berjalan saat ini. Cara ini ditujukan bagi pasangan keluarga yang sama-sama bekerja sehingga untuk pembayaran rekening bisa lewat bank. ''Pelanggan yang melakukan pembayaran oto debet, akan kita undi dan pemenangnya bisa mendapatkan hadiah,'' tambahnya. Sementara itu Degremont, perusahaan spesialis instalasi pengolahan air yang berpusat di Prancis memberikan rekomendasi pada PDAM Surabaya untuk pengolahan IPA (Instalasi Penjernihan Air) Karangpilang 3. Rekomendasi itu dipaparkan Eric Van Den Berghe, president director PT Degremont dalam dialog publik di Hotel Shangri-La, akhir pekan lalu. Pengolahan yang disarankan, kata Eric, bersifat konvensional dengan cara pemisahan grit, aerasi untuk meningkatkan oksigen terlarut dan menghilangkan besi terlarut, koagulasi-flokulasi, filtrasi dengan pasir dan disinfeksi. Dilanjutkan jaringan tes yang akan dilakukan untuk memastikan bahan kimia yang paling efektif digunakan. Sedangkan besarnya investasi untuk konstruksi saja mencapai Rp 150 milyar sampai Rp 200 miliar dengan kapasitas 1500 liter/detik. Untuk perkiraan biaya operasional dan maintenance Rp 600-Rp 800 per meter kubik. ''Dengan kapasitas produksi yang sama seperti di Malaysia, untuk satu IPA mencapai Rp 400 miliar hingga Rp 500 miliar. Ini tidak termasuk biaya distribusi,'' ujar ERIC. Degremont pernah membangun IPA Ngagel II tahun 1953 dengan kapasitas 1.000 liter/detik. Hanya saja mengingat usianya yang cukup tua, kapasitas yang terpasang hanya 920 liter/detik dengan teknologi akselerasi. Degremont, kata Eric, memiliki keahlian mengolah sumber air apa pun mulai air tanah, air permukaan, air payau maupun air laut sehingga layak diminum dengan teknologi konvensional atau mutakhir seperti klarifikasi dengan membran dan filtrasi. Dalam instalasi desalinasi dari air laut maupun air payau, Degremont menggunakan teknologi reverse osmosis untuk pengadaan air di daerah-daerah yang tidak memiliki sumber air tawar, seperti di Instalasi Fujairah (Uni Emirat Arab) dengan kapasitas 170.000 m3 per hari. Degremont telah membangun 2.500 instalasi pengolahan air limbah domestik di antaranya di Argentina. "Kita menawarkan berbagai teknologi pengolahan secara fisika-kimia, ozonisasi, pengolahan biologis, penggunakan kembali dan daur ulang. Termasuk pengolahan lumpur dengan mengombinasikan pengurangan volume dengan berbagai metode pengeringan,'' ujarnya. Ditambahkan, Degremont juga melayani Instalasi Paket atau IKK Packaged dengan kapasitas produksi mulai 2,5 liter/detik. Saat ini sudah melayani di 14 Provinsi di Indonesia. Laporan : edo Post Date : 11 Oktober 2004 |