YOGYA (KRjogja.com) - Dalam rangka memperingati hari Air Sedunia hari ini, puluhan massa organisasi peduli air melakukan unjuk rasa, dari Taman Parkir Abu Bakar Ali menuju titik nol kilometer, Senin (22/3). Massa yang merupakan gabungan dari WAHLI Yogyakarta, SETAM, KRuHA Jateng-DIY, WKO, IDEA, HMI MPO, JPY, dan SHALIN K.
Menurut salah satu massa dari SC Nasional Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air (KRuHA), Habibullah, gabungan berbagai lembaga menolak privatisasi dan komersialisasi air di Indonesia, sejak dari sumbernya. Pihaknya juga menolak UU no. 7 tahun 2004 yang memberi ruang bagi swasta untuk mengelola air dari sumbernya menjadi air minum kemasan.
“Artinya, pelayanan air justru banyak dilakukan oleh swasta atau perusahaan yang ingin meraup keuntungan sebesar-besarnya. Ini menyebabkan masyarakat terbebani secara ekonomis untuk kebutuhan air,” jelasnya.
Menurutnya, bentuk intervensi pihak asing pun tidak hanya dengan penguasaan mata air, namun juga dengan intervensi melalui PDAM. Di Jakarta misalnya, sejak tahun 1997 sudah dilakukan kerjasama PDAM dengan pihak asing, namun mutu pelayanan terhadap masyarakat tidak meningkat.
''Sejak dulu, pelayanan PDAM tidak meningkat, padahal biaya semakin mahal. Di berbagai daerah, termasuk Yogyakarta, air masih banyak keruh dan sering mampet, namun masyarakat masih disuruh bayar denda," ujarnya.
Maraknya depot pengisian ulang air minum, tambahnya, merupakan bukti PDAM tidak mampu memberikan layanan air bersih kepada masyarakat. Padahal tidak ada jaminan kebersihan dan kesehatan 100 persen terhadap depot air minum di Yogyakarta, dengan adanya air dari depot yang mengandung bakteri e.coli.
“Kenapa PDAM tidak bisa meniru pola-pola pengelolaan air berbasis masyarakat, seperti yang diterapkan di desa-desa. Itu akan jauh lebih murah. Selain itu, pemerintah harus menarik ulang kontrak kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan air," katanya. (Den)
Post Date : 22 Maret 2010
|
