Hargai Sampah untuk urangi Dampak Negatif Perubahan Iklim

Sumber:Kompas - 17 April 2008
Kategori:Sampah Jakarta

Tahukah Anda, dengan membuang sampah sembarangan berarti Anda berkontribusi memperburuk perubahan iklim yang mengakibatkan pemasanan global? Bagaimana bisa? Ya. Tumpukan sampah di udara terbuka mengeluarkan metana, salah satu gas yang bertanggung jawab atas pemanasan global.

Tidak mengherankan jika salah satu point yang tercantum dalam brosur yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Dunia baru-baru ini menyebutkan "Value Waste!' sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim. Menghargai sampah adalah salah satu cara paling sederhana namun efektif untuk mewujudkan peran serta mengurangi dampak negatif perubahan iklim.

Hampir setiap kegiatan manusia menghasilkan sampah, mulai dari sisa proses produksi di industri hingga limbah rumah tangga. Kerap kali, limbah tersebut dibuang begitu saja tanpa pengolahan lebih lanjut. Penanganan sampah secara keliru yang berkembang selama ini adalah dengan menyingkirkannya jauh-jauh, misalnya ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Cara tersebut tidaklah menyelesaikan masalah, melainkan sekadar memindahkannya. Padahal, sebenarnya, sampah tersebut masih bisa diolah

Dibutuhkan kemauan dari berbagai pihak untuk mengubah cara pandang terhadap masalah sampah, dari yang tadinya disingkirkan jauh-jauh menjadi mengolah. Itu sebabnya, muncul suara-suara yang mengusulkan agar TPA diartikan sebagai "Tempat Pengolahan Akhir".

Diperkirakan, produksi sampah rata-rata per orang per hari adalah tiga liter. Sebanyak 70 persen di antaranya merupakan sampah organik, sedangkan sisanya sampah anorganik. Sampah organik dapat diolah menjadi kompos, pakan ternak, dan bioenergi. Sementara, sampah anorganik yang meliputi sampah plastik, kertas, besi atau logam, serta kain dan kaca, dapat didaur ulang menjadi bahan baku sekunder.

Pengolahan sampah

Mengubah paradigma pengelolaan sampah tidaklah mudah. Oleh karena itu, upaya-upaya yang dilakukan ke arah itu, sekecil apa pun, patut diacungi jempol. Salah satu contoh yang berhasil adalah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Baru-baru ini, Pemkab Sragen mengadakan lokakarya Konversi Sampah Pasar menjadi kompos, biogas, dan pupuk cair. Kegiatan tersebut menarik perhatian berbagai kalangan, terutama yang bergelut dibidang pertanian organic, serta peneliti dan pengembang energi alternative.

Menurut Bupati Sragen, Untung Wiyono, misi kegiatan tersebut sederhana saja, yaitu mengolah sampah yang selama ini di anggap masalah sehingga menjadi berkah. Beberapa pakar yang hadir, antara lain, Profesor Tasrif dari ITB yang berhasil memanfaatkan lindi atau cairan yang berasal dari perasan sampah pasar. Disebutkan, lindi merupakan sumber energi alternatif yang prospektif. Gas metana yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk memasak. Setelah itu, cairannya dapat menjadi pupuk organik berkualitas tinggi.

Generasi muda

Kepedulian juga muncul dari kalangan industri. Salah satunya produsen otomotif terkemuka Toyota, melalui program yang disebut Eco Youth. Kekhasan program ini yaitu sasaran yang dibidik adalah generasi muda meski pada akhirnya diharapkan menular juga kepada masyarakat umum.

Seperti dituturkan Chief of Corporate Planning Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Irwan Priyantoko, kegiatan Eco Youth merupakan wujud kontribusi Toyota di Indonesia sekecil apa pun dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup. Tujuannya adalah menumbuhkan clan meningkatkan kepedulian lingkungan hidup di kalangan generasi muda dan masyarakat pada umumnya.

Program yang kali ini digelar untuk ketiga kalinya tersebut berupa kontes pengolahan limbah sekolah yang diikuti oleh 300 sekolah unggulan dari 13 kota besar di Indonesia. Pada tahap awal, peserta diminta untuk menulis essay singkat tentang proyek perbaikan lingkungan hidup untuk menentukan 30 sekolah peserta utama. Yayasan Kirai Indonesia, mitra Toyota dalam kegiatan tersebut, kemudian menyeleksi sekaligus menyodorkan saran-saran untuk lebih meningkatkan kualitas proyek seluruh peserta. Tahap berikutnya, ke-30 sekolah peserta utama diikutsertakan dalam workshop tentang lingkungan hidup. Setelah mengikuti workshop, peserta kembali ke sekolah masingmasing untuk menjalankan proyek. Penilaian pemenang kemudian dilakukan setelah proyek berjalan.

SMA Semen Gresik dinobatkan sebagai pemenang utama Toyota Eco Youth 3, dengan topik proyek "SMA Semen Gresik Menuju Zero Waste". Dalam siaran pers panitia disebutkan, kemenangan SMA Semen Gresik diraih berkat kemampuan mereka mengimplementasikan proyek pengolahan limbah yang baik, yang disosialisasikan dan melibatkan seluruh komponen sekolah dan masyarakat di sekitar sekolah. “Point penjurian terbesa memang sosialisasi program di sekolah. Jadi, peserta program dituntut untuk melibatkan teman-teman yang lain dan masyarakat sekitar," ujar Irwan.

Sungguh membanggakan bahwa siswa setingkat SMA seperti SMA Semen Gresik sudah memiliki kesadaran lingkungan yang kuat. Gagasan dan cara pandang persoalan yang mereka kembangkan juga mencerminkan persoalan yang ada di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Sebagai tawaran, mereka mengembangkan kegiatan pengolahan sampah menjadi pupuk organik, yang dimanfaatkan untuk memperbaiki lahan di sekolah dan lahan kritis karena aktivitas pertambangan semen di luar sekolah. Selain itu, kegiatan-kegiatan rutin sekolah juga sangat mencerminkan kesadaran dan kepedulian lingkungan, seperti larangan pemakaian alat-alat makan dan minum yang sekali pakai, baik oleh siswa maupun kantin sekolah.

Jadi, siapa bilang aksi untuk bumi hanya monopoli para ahli dan petinggi? Siapa pun bisa turut andil, asalkan dibekali pengetahuan dan pemahaman yang tepat serta kemauan yang kuat. Mari menqharqai sampah untuk mengurangi dampak negative perubahan iklim (ACA)



Post Date : 17 April 2008