|
KLATEN-Kekeringan yang mulai melanda Kecamatan Kemalang yang terletak di lereng Merapi mulai dirasakan. Warga Desa Sidorejo dan Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, terutama di bagian atas, mulai membeli air dari mobil tangki. Di Desa Tegalmulyo yang termasuk satu dari tiga desa yang paling dekat dengan puncak Merapi, harga air mencapai kisaran Rp 130.000 sampai Rp 150.000 per tangki. Harga ditentukan jarak tempuh dari sumber air. ‘’Di Tegalmulyo sudah mengalami kekeringan, warga mulai beli air sejak dua pekan ini. Satu tangki harganya Rp 130.000, tapi kalau daerah atas bisa sampai Rp 150.000 per tangki,’’ kata Priyono, warga Desa Tegalmulyo, Selasa (5/6). Dari 15 dukuh yang ada di Tegalmulyo, sebagian besar sudah mulai membeli air, antara lain Dukuh Genengsari, Genengkidul, Lerep, Jerukwangi, Jayan, Brajan Sumur, Pajegan, Pucang, Tugu, Recek, Jamuran, Gertengah, dan Dongijo. Warga setempat biasanya menggunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air. Air hujan dari genteng rumah dialirkan dalam tandon berukuran besar. Namun, hujan sudah tidak turun sekitar sebulan silam, sehingga persediaan air dalam tandon mengering. Hal yang sama juga terjadi di Desa Sidorejo, Kemalang. Sudah setengah bulan warga kekurangan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mencuci, mandi, memasak, dan memberi minum ternak. Namun, karena kondisi medan di Sidorejo tidak sejauh di Tegalmulyo, harga air di sana hanya berkisar Rp 50.000 sampai Rp 75.000 per tangki isi 5.000 liter. Itu pun hanya dukuh-dukuh di bagian atas, karena warga di daerah bawah bisa mendapatkan air yang dialirkan dari Bebeng, Sleman. Kades Sidorejo Suroso membenarkan, harga air di desanya memang tak semahal di Tegalmulyo, karena tangki mengambil air dari langsiran air Umbul Bebeng, Sleman, yang dialirkan lewat pipa dan ditampung di bak di Dukuh Deles dan Karang. (F5-85) Post Date : 06 Juni 2012 |