|
WONOSARI (KR) - Sedikitnya 5 kecamatan di zone selatan Gunungkidul sudah mulai mengajukan bantuan air, menyusul sulitnya mendapatkan air di wilayah ini. Air dari hujan kiriman pada awal Juli lalu sudah mulai menipis, sehingga sebagian warga sudah kelabakan untuk mendapatkan air bersih. Sementara itu para pedagang air swasta kembali marak di seluruh wilayah pedesaan memanfaatkan kesempatan ketika pengiriman bantuan air belum berjalan. Lima wilayah yang mengajukan bantuan air pada Pemkab Gunungkidul meliputi Kecamatan Purwosari, Saptosari, Tanjungsari, Tepus dan Girisubo. Sedangkan dari hasil rakor kekeringan yang diadakan oleh Tim Penanggulangan Kekeringan Gunungkidul, bantuan air akan kembali diluncurkan, Senin (15/8). Demikian dikatakan Asekda II Basuki Rochim SIP kepada KR Kamis (11/8). Pelayanan air kepada penduduk yang dilanda kekeringan akan disesuaikan dengan kebutuhan yang sudah sangat mendesak, tambah Basuki Rochim. Camat Purwosari Drs Purwanto Hadi mengaku ada dua desa yang sudah mendesak minta bantuan air, yakni, Desa Giricahyo dan Giripurwo, dan menyusul Giriasih. Warga Giricahyo untuk mendapatkan air membeli dari pedagang swasta yang harganya mencapai Rp 120 ribu/ tanki berisi 5 ribu liter. Demikian pula Camat Saptosari, Drs Cahyadi Sunarno MSi yang ditemui secara terpisah, mengatakan, di wilayahnya ada beberapa desa yang kesulitan air seperti Desa Planjan, Monggol, Krambilsawit dan sebagian Ngloro. Sedangkan di Kecamatan Girisubo hampir seluruh desa dilanda kekeringan. Jika pada Juli lalu kebutuhan air bisa diatasi dengan air hujan, kini cadangan air itu habis, sehingga masyarakat kembali minta agar bantuan air segera diluncurkan, kata Camat Girisubo Budi hartono SH. Sementara itu di wilayah Kecamatan Tanjungsari, dari lima desa yang sudah teratasi masalah air bersih baru di Desa Kemadang yang memanfaatkan dari sub sistem Baron. Namun untuk wilayah lainnya tetap masuk kategori kekeringan. Air dari Baron hanya bisa untuk melayani air di Kemadang. Sedangkan untuk wilayah Kemiri, Banjarejo, Ngestirejo dan Hargosari belum bisa terjangkau meskipun pipa dari Bribin sudah sampai di wilayah ini, kata Camat Tanjungsari Sumaryadi SH. Dari pemantauan KR di lapangan, tidak kurang dari 50 pedagang swasta kini mulai beroperasi di desa-desa yang dilanda kekeringan. Para pedagang air ini mengambil air dari sumur bor di Karangrejek, sumur gali di Wareng dan sejumlah sumber air. Para pedagang air ini sudah kewalahan melayani permintaan penduduk. Adapun harganya mulai dari Rp 55 ribu hingga Rp 120 ribu per tanki. Seperti diakui Daliman penduduk Mulo, kini melayani air di wilayah Kemiri dengan harga Rp 55 ribu dan paling jauh di Planjan mencapai Rp 90 ribu per tanki. (Awa/Ewi)-d. Post Date : 12 Agustus 2005 |