|
MARGAJAYA - Ratusan ton sampah di Kota Bekasi, Ja wa Barat, tidak terangkut. Pemerintah Kota Bekasi hanya mampu mengangkut 500 ton atau 40 persen dari total pro duk si sampah setiap harinya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu, sedangkan sisanya sebesar 700 ton menjadi sampah liar. Menurut Kepala Seksi Teknik Pengolahan Sampah Dinas Kebersihan Bekasi Kis wati, banyaknya sampah yang tidak terangkut itu karena mi nimnya fasilitas. Saat ini, Bi dang Persampahan hanya me miliki 92 truk pengangkut sam pah. “Idealnya, Bekasi me miliki 250 truk dan amroll. Satu truk berkapasitas sepuluh ribu ji wa,” kata dia, Ahad (15/4). Selain itu, menurut Kiswati, sampah-sampah liar ini juga me nempati area-area yang bu kan menjadi kewenangan Dinas Kebersihan. Area-area itu, se per ti saluran air. “Sampah di se lokan itu kewajiban Dinas Pe kerjaan Umum. Jika sampah itu sudah ada di pinggir jalan, menjadi kewajiban kita,” kata dia. Masalah lain terkait pena nganan sampah, yaitu luas TPA Sumur Batu. Menurut Kiswati, pihaknya sedang berupaya mem perluas TPA menjadi 20 hektare. Saat ini, TPA ini hanya memiliki luas 10 hektare. Kis wati mengatakan, pihaknya akan segera melakukan pembebasan lahan yang dilakukan secara bertahap, yaitu 2,4 hektare, 2,3 hektare, dan 5,3 hektare. “Tentu, TPA yang lama kita rehabilitasi. Jadi, kedua lokasi bisa berjalan terus,” kata dia. Selain untuk memperbesar kapasitas, perluasan TPA juga dilakukan karena Kota Bekasi terpilih menjadi kota percon toh an pengolahan sampah. Kiswati mengatakan, Bekasi akan didorong untuk mengolah sampah dengan lebih baik. “Melalui program ini diharapkan sampah tidak hanya me numpuk di TPA, tapi bisa diolah atau dikelompokkan sehingga tidak tercampur,” ujar Kiswati. Untuk kebutuhan ini, Pem kot Bekasi sudah menerima hi bah peralatan pengolahan sam pah, Intermediate Treatment Facility (ITF), dari Kementerian Pekerjaan Umum. Fasilitas ini memungkinkan sampah dike lom pokkan per jenis. Keberada an alat ini akan membuat Pem kot Bekasi juga mengurangi tumpukan sampah di TPA. Kiswati mengatakan, fasilitas ini diharapkan membuat sampah yang terolah sekitar 400 ton. “Sementara yang ditumpuk hanya 100 ton. Hal ini tentu bisa menekan laju perluasan lahan,“ kata dia. Fasilitas ini juga mengurangi bahaya bagi pemulung yang kerap naik ke puncak tumpukan sampah dan tertimpa longsoran sampah. Sebab, setiap sampah akan melewati conveyer. Kemudian, para pemulung bisa antre dan langsung mengambil sampah sesuai kebutuhan. “Para pemulung tidak perlu lagi ada di puncak tumpukan sampah. ITF ini meminimalisasi bahaya bagi mereka,“ kata Kiswati. ratna puspita Post Date : 16 April 2012 |