|
BANYUWANGI -- Memasuki musim kemarau 2008, 11 dari 24 kecamatan di Kabupaten Banyuwangi mulai dilanda kekeringan. Banyak sumber mata air yang hilang. Yang masih ada pun mengalami penurunan debit air hingga 50 persen. Menurut Sunoto, Pelaksana Tugas Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pengairan Banyuwangi, sejak awal 2008, daerah itu kehilangan 32 sumber air. "Sumber air yang masih berfungsi tinggal 300 titik, tapi debit airnya terus menurun hingga 50 persen," katanya kepada Tempo kemarin. Daerah yang mengalami kekeringan sebagian besar berada di Banyuwangi bagian selatan, seperti Kecamatan Tegaldlimo, Bangorejo, Kalipuro, Kalibaru, Purwoharjo, dan Kecamatan Glenmore. Akibat berkurangnya sumber air, para petani setempat memanfaatkan sumur bawah tanah. Untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus, sekitar 60 persen masyarakat memanfaatkan air sungai. Sunoto mengatakan hilangnya sumber mata air itu karena besarnya alih fungsi hutan lindung serta penurunan muka air tanah. Kebutuhan air masyarakat Banyuwangi mencapai 7.650 liter per detik. Sebanyak 1.048 liter per detik di antaranya untuk dikonsumsi, seperti air minum. Selebihnya untuk keperluan irigasi dan industri. Asmadi, Kepala Hubungan Masyarakat Kesatuan Pemangkuan Hutan Perhutani Banyuwangi Selatan, membenarkan telah terjadi pengurangan kawasan hutan lindung di Banyuwangi, yang berlangsung sejak 2000. Kondisi tersebut diperparah dengan kegiatan pembalakan liar, yang pada 2007 mencapai 2.000 hektare. Wahana lingkungan Hidup Jawa Timur juga menyebutkan lahan kritis hutan di Banyuwangi mencapai 37.696 hektare. IKA NINGTYAS Post Date : 10 Juni 2008 |