LIMBOTO - Pernyataan anggota Dekab Gorontalo Hamid Bakir bersama Sumarni Antule yang menilai lokakarya AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) mubazir, kontan memicu kemarahan para peserta lokakarya yang hingga kemarin masih mengikuti secara seksama kegiatan tersebut. Kemarin, para peserta yang terdiri dari berbagai unsur LSM di Kabupaten Gorontalo itu kontan mengerubuti wartawan koran ini untuk menumpahkan kekesalannya pada kedua oknum legislator itu. Kami kesal dengan pernyataan kedua anggota dewan itu. Itu sama saja dengan menyebut kami semua yang mengikuti lokakarya ini orang bodoh, ketus Abdullatif Uno ini sambil terus cerocos. Pria parobaya yang mengaku ketua LSM Semut Hitam ini justru balik menyatakan bahwa kehadiran kedua anggota dewan yang sengaja diundang sebagai lokakarya itu yang mubazir. Kami berharap mereka datang memberikan masukan dan komitmen untuk mendukung program ini. Eh, ternyata hanya datang 1 jam, tanda tangan, dan lalu pulang, ujarnya dengan nada tinggi. Pernyataan Abdullatif kontan ikut ditimpali sejumlah peserta lainnya. Ketua LSM Dian Sejahtera, Rio Potale, dia mengatakan bahwa para oknum anggota Dekab itu bisa ngomong demikian karena tak tahu mekanisme. Rio menjelaskan, program nasional yang kegiatan lokakaryanya dilakukan oleh Yayasan Waspola telah ini telah dilaksanakan untuk kedua kalinya. Kabupaten Gorontalo adalah pilot projectnya, yang selanjutnya diharapkan bisa menghasilkan renstra. Salah satu materi untuk pembuatan renstra itu adalah studi lapangan. Makanya panitia mengudang LPM yang telah berhasil dalam bidang ini untuk menceritakan pengalamanya. Jadi apa yang sia-sia ? tanya sejumlah peserta lainnya. Mereka menyesalkan dua orang anggota Dewan yang hanya datang sebentar hingga tak mengetahui akar persoalan sebenarnya. Malah dating-datang, Ibu Sumarni hanya menanyakan meja dan fasilitas lokakarya, ungkap Rio, berang. (GP-54)
Post Date : 23 Desember 2004
|