Gunungkidul Kekurangan Air Bersih

Sumber:Suara Pembaruan - 07 Agustus 2007
Kategori:Air Minum
[YOGYAKARTA] Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, sudah mengeluarkan anggaran sebesar Rp 1 miliar, khusus untuk pengedropan air bersih bagi warga yang mengalami kekeringan. Sistem pembagian air bersih tersebut, diserahkan kepada masing-masing kecamatan. Pengadaan air bersih itu untuk mengantisipasi kekeringan yang terjadi sejak awal Juli 2007 hingga sekarang.

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Sobermas) Gunungkidul, Sugeng Pratopo, Selasa (7/8). "Permintaan air bersih, sudah ada sejak pertengahan Juli lalu, namun karena anggarannya baru keluar sekarang, maka kami baru bisa laksanakan awal Agustus ini. Tetapi untuk membantu masyarakat, secara parsial, pengedropan sudah kami lakukan ke daerah yang benar-benar kritis," ujarnya.

Menjelaskan mekanisme pengedropan air, Sugeng menyatakan bahwa saat ini, pelaksanaannya diserahkan kepada pemerintah di tingkat kecamatan. "Dari Rp 1 miliar itu, Sobermas hanya menggunakan separuhnya yang didistribusikan langsung ke kecamatan rawan air bersih, ditambah satu armada pengangkut. Kami juga masih bertanggung jawab melakukan pengedropan air dengan tujuh armada yang siap mendukung kebutuhan kecamatan," katanya.

Menurut Sugeng, pihaknya mendapatkan jatah anggaran sekitar Rp 533 juta untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi warga miskin di tujuh kecamatan yakni, Patuk, Nglipar, Semin, Gedangsari, Ngawen, Karangmojo, dan Playen, dengan jumlah KK 18.725 atau sekitar 67.981 jiwa yang tersebar di 274 padukuhan.

Namun lanjut Sugeng, meski pemerintah kecamatan sudah melakukan drop air minimal lima kali dalam sehari, tingkat kebutuhan air bersih di seluruh kecamatan, tidak sebanding dengan kesiapan pemerintah.

"Berapa pun yang didrop, tidak akan pernah cukup, karena warga juga punya ternak yang butuh air minum. Kebutuhan air bersih di musim kemarau ini memang tidak bisa ditanggulangi hanya dengan pengedropan," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Harian Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Kabupaten Gunungkidul, Joko Sasono menyatakan, untuk menyiasati tingginya kebutuhan air bersih ini, mulai tahun 2007 ini Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terus menerus mengembangkan pemanfaatan sumber air bawah tanah di empat lokasi utama, yakni di Bribin, Seropan, Ngobaran, dan Baron. Diharapkan tahun 2009 mendatang, masalah air bersih di kabupaten paling timur DIY itu akan sedikit terselesaikan.

"Di Ngobaran misalnya, sebelum dilakukan interkoneksi, debit airnya hanya sekitar 120 liter per detik, setelah dilakukan interkoneksi dengan Baron, debit airnya menjadi sekitar 4000 liter/detiknya," ungkap Joko.

Menurutnya, selain Ngobaran hingga sekarang proses pengeboran dan tindak lanjut pembuatan alur di Gua Bribin melalui bantuan Jerman juga masih diteruskan. Dan untuk tahun 2008 mendatang pengeboran di Bribin akan diteruskan di daerah Seropan.

"Tahun 2007 ini kita telah mendapat bantuan dari JICA Jepang untuk melakukan interkoneksi dengan Baron yang debit airnya cukup melimpah. Selain Ngobaran kita juga teruskan pengeboran Bribin dan Seropan secara vertikal," katanya.

Belum Perlu

Sementara di Sleman, Kepala Dinas Pengairan, Pertambangan, dan Penanggulangan Bencana Alam (P3BA) Widi Sutikno mengatakan, pengedropan air bersih belum perlu dilakukan. Meski warga Kecamatan Prambanan sudah mengeluh, namun di wilayah tersebut kebutuhan masih bisa dicukupi dengan sumber mata air Majasem.

Pengedropan baru akan dilakukan jika keadaan sudah benar-benar kritis. "Ini untuk mengantisipasi jika musim kemarau lebih panjang," ujarnya.

Ia mengatakan, saat ini Sleman mengalami keterbatasan armada. "Untuk operasional seperti membeli solar kan juga terbatas sehingga kita harus mengaturnya," jelasnya.

Mengenai waktu pengedropan air, menurut Widi, pihaknya akan terus memantau daerah yang mengalami kekeringan. Jika memang warga sudah tidak bisa mendapatkan air, pihaknya akan melakukan pengedropan. "Kita ambil titik kritisnya," tandasnya. [152]



Post Date : 07 Agustus 2007