|
GUNUNGKIDUL (Media): Memasuki musim kemarau sebanyak 134.971 warga Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kini mengalami kekurangan air bersih. Mereka tersebar di 52 desa. Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul I Ketut Santosa, kemarin, mengatakan, warga yang persediaan air bersihnya menipis itu berada di zona selatan. Mereka perlu pasokan air bersih. Ia menyebutkan, pasokan air bersih itu akan diprioritaskan kepada keluarga miskin yang berada di wilayah yang benar-benar kekurangan air bersih. ''Dari 134.971 jiwa yang kekurangan air bersih itu, 66.128 masuk kategori keluarga miskin,'' kata Ketut. Menurut dia, kini Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) Penanggulangan Bencana Kekeringan tengah menyiapkan armada truk tangki pengangkut air bersih dan diharapkan mampu beroperasi enam rit per hari. Sedangkan dana yang disediakan, katanya, sebesar Rp500 juta. Ketut juga membenarkan jumlah warga yang mengalami kekurangan air bersih akibat kekeringan pada tahun ini meningkat dibanding tahun sebelumnya. Pada kemarau tahun lalu Kecamatan Wonosari tidak termasuk dalam data penduduk yang mengalami kekeringan, sedangkan tahun ini masuk dan memerlukan pasokan air secara gratis. Di Kecamatan Wonosari, ujarnya, terdapat dua desa yang kekeringan, yakni Desa Mulo dan Wunung yang juga mengalami kekeringan. Kedua desa itu mendapatkan perhatian dari Satkorlak Penanggulangan Bencana Kekeringan. Pada saat ini sejumlah truk tangki swasta sejak beberapa waktu lalu mulai beroperasi di Gunungkidul. Mereka menjual air bersih dengan harga Rp60.000 sampai Rp80.000 per tangki. Barut banjir Berbeda dengan di Gungkidul, sejumlah wilayah di Kabupaten Barito Utara (Barut), Kalimantan Tengah (Kalteng), sejak dua hari lalu dilanda banjir. Ratusan rumah penduduk yang berada di puluhan desa terendam. Banjir terjadi akibat meluapnya Sungai Barito. Ketinggian air terus bertambah dan wilayah yang terkena banjir juga meluas. Berdasarkan pantauan Antara, selain merendam rumah, pada peristiwa banjir yang ketiga kali di tahun ini juga menyebabkan sejumlah jalan di Muara Teweh (ibu kota Barut) tergenang air setinggi setengah meter hingga satu meter. Jalan-jalan yang terendam, antara lain Jl Panglima Batur, Jl Sumbawa, Jl Pangeran Antasari, Jl Dahlia, Jl Cempaka Putih, Jl Perwira, Jl Sangaji Hulu, dan Jl Mangkusari. Beberapa pedagang di kawasan perekonomian ini sudah mengemasi barang dagangan mereka untuk diungsikan. Rencananya mereka akan berjualan di tempat yang lebih tinggi, antara lain di persimpangan antara Jl Merak, Jl Timor, dan Jl Tumenggung Surapati. Sebagian wilayah Kabupaten Aceh Jaya juga terendam banjir setelah diguyur hujan lebat beberapa hari terakhir. Akibatnya, hubungan darat dari Banda Aceh menuju Meulaboh (Aceh Barat) dan sebaliknya terganggu. Hayatun Nufus dan Tiangan, dua warga Aceh Jaya yang baru tiba di Banda Aceh, kemarin, mengatakan, banjir juga mengakibatkan sejumlah rumah penduduk terendam. Bahkan, wilayah Kecamatan Sampoiniet, sekitar 122 kilometer sebelah barat Kota Banda Aceh, selain banjir juga terjadi hujan deras disertai angin kencang. Menurut Hayatun, hubungan darat menuju pantai barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) itu terputus karena salah satu jembatan yang terbentang pada ruas jalan tersebut di Desa Cerakmong, Kecamatan Sampoiniet, roboh diterjang banjir. Sejumlah kendaraan dari arah Banda Aceh dan Meulaboh tidak dapat melanjutkan perjalanan. (AU/Ant/N-1) Post Date : 14 Mei 2005 |