|
DALAM sekejap, tumpukan sampah yang menggunung "pindah" ke Kampung Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara. Belum sampai satu bulan, sampah milik warga Jakarta yang dibuang oleh Dinas Kebersihan DKI sudah menumpuk hingga ketinggian sekitar 10 meter lebih. Tanpa ampun, suasana Kampung Nagrak dan Kampung Rawamalang yang bersebelahan dengan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) Cilincing berubah total. Jutaan lalat menyebar ke mana-mana. Belum lagi bau busuk menyengat yang bisa menebar hingga radius lima kilometer lebih jika angin sedang bertiup kencang. Bahkan, ada warga yang mengeluh rumahnya kemasukan larva (semacam belatung). Lebih parah lagi, air lindi (air hasil pembusukan sampah) sudah masuk ke tambak-tambak milik warga dan juga mencemari air tanah. Areal persawahan juga tercemar air lindi sehingga tidak bisa ditanami. Tambak seluas 78 hektar udang dan ikan bandeng terkena dampak langsung dari TPS Cilincing. Di areal tambak, tak jauh dari lokasi TPS, airnya berubah warna menjadi hitam pekat. Bau busuk menyengat dari tambak-tambak tersebut. Ratusan ribu udang dan ikan bandeng mati. Padahal, sebentar lagi komoditas tambak itu akan dipanen oleh para petambak. Kerugian hingga ratusan juta rupiah mengancam para petambak. Untuk satu areal tambak saja, setiap petambak yang menabur benih udang menderita kerugian hingga Rp 24 juta lebih. SEBELUM sampah dibuang ke Cilincing, petambak dan warga sekitar lahan yang akan digunakan untuk TPS jauh-jauh hari sudah protes. Warga bisa memperkirakan kerusakan lingkungan bakal terjadi jika sampah puluhan ribu ton dibuang begitu saja tanpa diproses lebih dulu (open dumping). Petambak dan warga ternyata jauh lebih pintar daripada jajaran pejabat di Pemprov DKI. Jauh-jauh hari warga sudah bisa memprediksikan bahwa air lindi akan mencemari tambak dan air tanah mereka. Tetapi, hal itu tidak ditanggapi pejabat di Pemprov DKI. Meski "diserbu" protes, para pejabat di Pemprov DKI tetap jalan terus. Dengan restu Gubernur Sutiyoso, puluhan ribu ton sampah dibuang dan ditumpuk begitu saja ke TPS Cilincing. Kontan saja air lindinya mengalir ke mana-mana dan masuk ke air tanah dan tambak-tambak siap panen. Demi menekan kerugian, petambak terpaksa menguras tambak-tambaknya dan mengais sisa udang dan bandeng yang masih hidup untuk dijual. "Sebagian besar sudah mati. Kalau ada yang sisa, ya saya jual," kata Darmo, salah seorang petambak. TPA Bantar Gebang sudah dibuka kembali. Pemprov DKI lalu menjanjikan akan menutup TPS Cilincing. "Sesuai sifatnya yang sementara, Cilincing akan ditutup," kata Amir Sagala, Kepala Unit Pelaksana Teknis TPA Dinas Kebersihan DKI. Meski hanya sementara, dampak yang ditimbulkan akibat pembuangan sampah dengan open dumping berdampak sangat luar biasa. Bukan pejabat DKI kalau tidak mengingkari dan menutup-nutupi kesalahan yang ada. Amir Sagala bahkan menuduh petambak sengaja menaruh ratusan ribu ikan dan udang yang mati ke dalam tambak. Bukan main! (IND) Post Date : 31 Januari 2004 |