|
YOGYAKARTA - Musim kemarau belum lama namun sebagian wilayah sudah mengalami krisis air bahkan kekeringan. Di Gunungkidul, ratusan ribu penduduk mengalami krisis air bersih setiap tahun terutama memasuki kemarau. Mereka sudah terbiasa membeli air atau menunggu bantuan air bersih dari berbagai pihak. Sekarang ini sekitar 130.000 orang di sana memasuki musim kemarau dengan mengalami krisis air bersih. Banyak di antara mereka mencari air sampai ke dalam gua-gua dan sumber air yang jauh dari permukiman. Sebagian lagi membeli air dari kota atau daerah lain yang airnya benar-benar bersih karena untuk keperluan memasak dan minum. Jual-beli air menjadi pilihan karena kedua pihak merasa sama-sama diuntungkan. Penjual menyediakan kebutuhan air bersih sedangkan pembeli memang sangat memerlukannya. Tak heran kalau hilir-mudik truk tangki pengangkut air bersih pada musim panas memenuhi ruas jalan sejumlah wilayah Gunungkidul. Aktivitas Pemuda Salah seorang tokoh pemuda setempat, Edy Hartanto mengungkapkan, kegiatan menjual air bersih selain untuk menambah kas desa juga biar ada aktivitas bagi para pemuda. Mereka tak hanya nganggur-nganggur tapi bisa mendapat tambahan uang saku. ’’Tiap hari ada puluhan tangki mengambil air di sini, kami mematok tarif Rp 20.000 untuk tangki sebesar 5.000 liter setiap kali mengambil air. Ada pula yang mengambil dengan jerigen dan biayanya Rp 200/jerigen,’’ jelasnya. Sementara itu, harga air sesampainya di konsumen cukup tinggi, dapat mencapai Rp 120.000-Rp 150.000 tiap tangki berisi 5.000 liter. Tinggi-rendahnya harga dipengaruhi jarak dan medan tempat tujuan. Semakin jauh dan berat medannya, harga air makin mahal. (D19-70) Post Date : 30 Juni 2008 |