|
JAKARTA (Media): Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso memerintahkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI harus segera mengatasi masalah banjir di sejumlah jalan protokol di Jakarta. Perintah tersebut terkait dengan genangan air setinggi 30 hingga 70 sentimeter (cm) pada Jumat (15/7) di Jl MH Tharim, Jl Sabang, Jl Kebon Sirih, Jl Medan Merdeka Selatan dan sekitarnya akibat hujan lebat selama tiga jam. Perintah tersebut diakui Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta Fodly Misbach kepada Media di Jakarta, kemarin usai melaporkan lima hal penyebab banjir di Jakarta pada Jumat lalu. Menurut Fodly, Gubernur meminta agar banjir di jalan protokol tersebut tidak terulang kembali karena jalan tersebut dilintasi kendaraan Presiden dan Wakil Presiden maupun petinggi negara lainnya, termasuk Gubernur DKI Jakarta. Lima penyebab banjir tersebut, menurut Fodly, pertama adalah sistem drainase yang tidak baik. Yakni, ada empat terowongan saluran air dengan posisi yang agak rendah sehingga tidak mampu menampung curah air hujan. Terowongan tersebut memiliki lebar tiga meter dan panjang 60 meter yang terletak di Jl MH Thamrin dari arah timur ke barat Kali Cideng. "Posisinya sangat rendah sehingga tidak mampu menampung curahan hujan. Akibatnya, air meluap menggenangi Jl MH Thamrin, Jl Sabang, Jl Kebon Sirih, dan Jl Medan Merdeka Selatan," kata Fodly. Menurut dia, hal ini terjadi akibat kesalahan pembangunan masa lalu. Yakni, Jl MH Thamrin ditinggikan 80 cm pada tahun 1976, tapi terowongan air di bawahnya tidak ikut dinaikkan. ''Kelalaian 30 tahun silam itu, sekarang baru terasa akibatnya. Hujan lebat ruas jalan protokol tersebut banjir sampai selutut kaki,'' ujar Fodly. Kedua, disebabkan banyaknya utilitas di bawah tanah, antara lain milik PLN, PDAM, dan telepon sepanjang Jl Sabang dan Jl Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Utilitas tersebut memotong saluran air di kawasan kedua ruas jalan itu yang menyebabkan sampah-sampah dari sekitar kawasan itu tertahan. Akibatnya, air tidak mengalir lancar menuju Kali Cideng yang terletak di belakang Gedung Jaya, Jl MH Thamrin. Karena itu, Fodly mengimbau kepada instansi penanggung jawab utilitas itu untuk memindahkannya peralatannya agar tidak mempersulit kelancaran air pada drainase di sekitar Jl MH Thamrin. Melebihi batas normal Ketiga, menurut Kepala DPU DKI, penyebab genangan air di sekitar jalan protokol karena curah hujan pada Jumat lalu melebihi batas normal. "Curah hujan tersebut sekitar 80 hingga 130 milimeter per jam selama tiga jam, padahal normalnya hanya 50 milimeter per jam." Penyebab keempat, terowongan air di Jl Kebon Sirih dari depan Istana Wapres ke Gedung Departemen Agama tidak mampu menampung curah hujan. Akibatnya, banjir menimpa daerah sekitar Jl Kebon Sirih termasuk Jl Medan Merdeka Selatan. Di Gedung Biro Humas dan Protokol DKI Jakarta, air masuk menggenangi lantai dasar. Genangan tersebut mengakibatkan surat-surat penting Biro Humas dan Protokol DKI Jakarta basah terendam air. Kemarin dokumen-dokumen tersebut tampak dijemur di halaman kantor tersebut. Penyebab kelima, adanya bottle neck di saluran yang menghubungkan Kali Cideng dari Jl Fachrudin ke Jl Jatibaru, tepatnya di depan gereja yang terletak di seberang Hotel Millenium. Akibatnya, air menggenangi Jl Kebon Sirih hingga di depan Bank Indonesia yang posisinya lebih rendah. Genangan itu terus mengalir ke Jl MH Thamrin. "Kami (Dinas PU) diberi kesempatan selama satu tahun membuat crass programme untuk menyelesaikan penyebab banjir di sekitar Jl MH Thamrin, Jl Kebon Sirih, Jl Sabang, Jl Medan Merdeka Selatan, dan Jl Sunda,'' ujar Fodly. Dia mengemukakan, untuk sementara pihaknya memasang pompa air di empat titik terowongan Jl MH Thamrin berikut petugasnya mulai Senin (18/7) hingga crass programme tuntas. ''Tapi, harus minta izin kepada pemilik gedung untuk menjaga pompa, karena pompa dipasang di dalam gedung, tepatnya di mulut terowongan,'' ungkap Fodly. (Ssr/J-3) Post Date : 19 Juli 2005 |