Globalisasi merupakan sebuah istilah yang berhembus kencang sejak tahun 1980-an. Kalangan akademisi dan petinggi pemerintahan masih berdebat panjang, sedangkan dunia korporasi memandang globalisasi sebagai ladang subur meraih laba dan kejayaan. Globalisasi tiada lain kebebasan dan keleluasaan lalu-lintas barang, jasa, modal, yang menerobos batas-batas negara, wilayah, serta adat istiadat dan budaya. Bagaimana dengan Indonesia Secara keseluruhan, produksi pengetahuan tentang globalisasi masih jauh di bawah kebutuhan. Indonesia laksana sebuah kapal yang tengah menempuh lautan globalisasi penuh gelombang besar, namun gagal membuat peta dan menemukan jalan lebih aman untuk semua warga negaranya. Sebagai pelaku sekaligus korban globalisasi, Indonesia semestinya terlibat dalam proses produksi pengetahuan bagi terwujudnya globalisasi yang lebih bertanggung jawab.
Buku ini merupakan kumpulan delapan karangan yang membahas berbagai aspek globalisasi dan posisi Indonesia dalam hiruk pikuk globalisasi. Lima karangan pertama menyelam jauh ke dasar samudera globalisasi, membedah soal beban utang, melacak gagasan di balik gelombang privatisasi listrik dan air, menelusuri nasib petani Indonesia di bawah pasal-pasal World Trade Organization, mengupas posisi Indonesia dalam soal hak suara di tubuh Bank Dunia, dan melacak pasang-surut diplomasi Indonesia dalam forum-forum perundingan WTO. Tiga karangan terakhir merangkum pokok-pokok pikiran tulisan sebelumnya, menggambarkan secara faktual dan informatif tata kelola Bank Dunia, IMF, WTO, dan BIS, serta menyajikan survei tentang persepsi, pendapat, dan aspirasi beberapa orang Indonesia mengenai tata kelola globalisasi.
Post Date : 30 Maret 2007
|