|
CIREBON, (PR).- Setelah Cisanggarung, giliran Sungai Cijurey meluap dan menyebabkan banjir bandang di Desa Karangwuni, Kecamatan Sedong, Kabupaten Cirebon. Banjir pada Rabu (25/2) pagi tidak menggenangi permukiman penduduk, namun mengakibatkan rusaknya ratusan hektare sawah siap panen dan dua jembatan, serta hilangnya jalan desa akibat terkikis air. Selain itu, luapan Cijurey juga menyebabkan bukit Pasiripis longsor dan menutup jalan desa di kecamatan tersebut. Sampai Rabu sore, masyarakat masih bahu-membahu untuk membuka jalan desa yang tertimbun longsoran. Sedangkan, memasuki pukul 12.00 WIB banjir mulai surut. Kendati demikian, masyarakat masih khawatir, sebab permukaan Cijurey masih tinggi dan sewaktu-waktu bisa kembali meluap. Beruntung permukiman warga di Karangwuni tidak ikut diterjang banjir bandang. Pasalnya jaraknya cukup jauh, meski begitu warga mengaku sempat khawatir apalagi bila melihat kemungkinan luapan makin besar. "Bila terus meluap bisa-bisa menerjang permukiman rumah yang jarak terdekatnya mencapai 500 meter," tutur Sukarna (45), warga setempat. Informasi yang diperoleh, banjir bandang mulai menerjang desa itu pada pukul 1.30 WIB Rabu dini hari. Sungai Cijurey meluap dan airnya menerjang ratusan hektare sawah di daerah aliran sungai (DAS)-nya. Luapan sungai Cijurey yang merupakan anak Sungai Cisanggarung itu menyebabkan sawah tergenang setinggi 1,5 meter. Lebih dari 30 hektare sawah yang persis berada di sisi sungai bahkan telah hilang, tanaman padinya ikut hanyut diterjang air. "Sawah-sawah yang persis di sisi sungai hilang. Tanaman padinya hanyut terbawa air karena tebing terkikis. Rata-rata tanaman sudah tiga bulan, sebentar lagi mau dipanen," tutur Tarkam (39), petani Blok Lojikum, blok terdekat dengan sungai. Bukit Pasiripis longsor karena terkikis derasnya banjir bandang. Menyebabkan arus lalu lintas di desa itu lumpuh. Luapan Cijurey juga merusakan dua jembatan di desa itu. Praktis jalan menjadi lumpuh, warga yang berada di sebelah selatan harus memutar kalau mau ke sebelah utara. Kuwu Karangwuni Jamal mengaku kaget dengan banjir yang baru pertama kali terjadi. Lebar sungai kini tampak lebih luas akibat banyaknya dinding yang terkikis. "Pihak Desa sedang mendata berapa sawah yang hilang akibat tersapu luapan air sungai. Luapan ini sangat mengejutkan, selama ini belum pernah terjadi," tutur dia. Ketua Gerakan PKK Kabupaten Cirebon Hj. Sri Heviana Supardi didampingi Sekda Drs. Nuryaman Nivoanto, dan Camat Sedong Fitriani, menyempatkan meninjau lokasi. Dia meminta camat menginventarisasi kerusakan dan segera memberikan bantuan. Dapur umum Sementara itu, meski genangan telah menurun, warga Desa Tawangsari, Kecamatan Losari dan Desa Babakan Losari, Kecamatan Pabedilan yang Selasa kemarin diterjang banjir masih trauma. Sampai Rabu kemarin, ratusan penduduk yang rumahnya terendam luapan Sungai Cisanggarung belum mau kembali ke rumah. Warga memilih mengungsi di tempat aman. Mereka meminta Pemkab segera membuka dapur umum agar warga tidak kelaparan. Bantuan dari Pemkab juga sudah mengalir, baik berupa makanan seperti mi instan dan beras maupun obat-obatan. Dapur umum dibutuhkan agar para pengungsi tidak merasa ditelantarkan. Di Kota Cirebon Pasca banjir akibat meluapnya Sungai Kroyan, Wali Kota Cirebon Subardi menerapkan status siaga I untuk antisipasi banjir. Siaga I diberlakukan karena sejumlah titik masih sangat berpotensi diterjang banjir. "Ada beberapa titik potensi banjir. Selain Kriyan, sungai lain yang rawan ialah Sukalila dan Kedungpane," tutur Subardi. Ketiga sungai kini memperoleh perhatian khusus. Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) diinstruksikan menempatkan pengawasan nonstop selama 24 jam. "Soalnya curah hujan masih tinggi. Titik banjir harus dijaga khusus nonstop 24 jam. Ini supaya kalau datang banjir bisa segera diberitahukan ke masyarakat dan ada penanganan segera," tutur Subardi. (A-93/A-92) Post Date : 26 Februari 2009 |