|
LUMAJANG - Tidak hanya warga Kecamatan Tempursari dan Pronojiwo yang jadi korban bencana alam di Lumajang. Kemarin, giliran ratusan warga Dusun Banter dan Blimbing, Kecamatan Rowokangkung, juga jadi korban banjir sungai Banter. Akibatnya, sekitar 253 rumah terendam air Sungai Banter. Korban banjir di Dusun Banter sebanyak 186 rumah, sedangkan Blimbing 77 rumah. Ratuasn warga di dua dusun tersebut sempat membuat waswas. Sebab, ketinggian air sekitar setengah meter. Karena banjir itu, sebagian besar warga mencari tempat berlindung di tempat yang lebih tinggi. Namun, mereka lebih banyak yang memilih tetap berlindung di rumahnya masing-masing. Setelah 2,5 jam terendam, sekitar pukul 19.00 malam air surut sehingga aktivitas warga di dua dusun kembali normal. Namun, malam itu juga warga mulai membersihkan sisa-sisa banjir. Sebab, banjir tersebut banyak membawa lumpuh ke rumah warga. Meski terkena banjir, warga Dua Dusun tersebut tidak terlalu panik seperti di Tempursari dan Pronojiwo. Hampir setiap hujan deras dengan waktu yang cukup lama, dua dusun tersebut dipastikan terkena luapan air sungai yang merupakan bagian aliran Bondoyudo. Pasalnya, posisi perkampungan penduduk dua dusun tersebut berada di bawah sungai Bondoyudo. Menurut Kepala Bakesbanglinmas Wisu Wasonoadi, permukiman penduduk dua dusun tersebut tepat berada di bawah sungai. Jika sungai tak mampu menampung air, luapannya langsung meluber ke rumah-rumah penduduk. Karena itu, tiap musim hujan dua dusun itu selalu terancam bencana banjir. Ancaman banjir itu muncul jika terjadi hujan deras di wilayah hulu di Gunung Lamongan. Sebab, air sungai tersebut berasal dari puluhan aliran sungai kecil yang berada di Gunung Lamongan yang berada di utara Lumajang. "Air sungai itu tidak tidak berasal dari Gunung Semeru," jelasnya. Meski demikian, kata Wisu, tidak banyak kerusakan terjadi di permukiman warga yang terendam air. Pasalnya, sejak awal sudah melakukan antisipasi dengan mengangkat perabot rumah tangganya ke tempat yang lebih tinggi. Bahkan, banyak warga yang membikin tempat penampungan khusus di rumahnya jika terjadi banjir. Dijelaskan, sungai yang berada di atas permukiman penduduk tersebut sudah ditanggul dengan ketinggian dua meter. Hanya saja, tanggul sepanjang 6 km yang berada di pinggir sungai tersebut masih belum bisa melindungi permukiman penduduk. Idealnya, menurut Wisu, tanggul tersebut ditinggikan satu meter lagi. Hanya saja yang berhak mengelola adalah Balai Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA) Provinsi Jawa Timur (Jatim). Sedangkan pemkab tidak bisa mengalokasikan dana untuk meninggikan tanggul tersebut. "Itu memang dikelola BPSD Jatim," tandasnya. Sementara itu, hingga kemarin alat berat bersama warga Desa Kaliuling, Kecamatan Tempursari, dan Tamanayu Kecamatan Pronojiwo, berusaha keras membuka jalur. Hasilnya, jalur tersebut sudah bisa dilalui kendaraan dengan ekstra hati-hati. Ketua tim SAR Lumajang Sugiono yang menyatakan jalur Pronijowo-Tempursari sudah bisa dilalui. "Jalur sudah bisa dilalui," ujar Sugiono kemarin. Terbukanya jalur itu lebih cepat dari perkiraan semula. Sebab, longsoran pada tikungan leter S yang cukup parah. Namun, berkat kerja keras petugas dibantu warga pembukaan jalur berjalan lancar. Apalagi, kemarin tidak terjadi hujan deras di wilayah tersebut. (aro) Post Date : 08 November 2008 |