Giliran Citanduy Meluap

Sumber:Pikiran Rakyat - 09 Februari 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

CIAMIS, (PR).- Hujan lebat sejak beberapa hari terakhir menyebabkan banjir dan tanah longsor di sebagian wilayah Ciamis. Meluapnya Sungai Citanduy juga mengakibatkan sedikitnya seratus hektare areal persawahan dan 134 rumah di Kecamatan Panumbangan terendam sejak Senin (8/2) pukul 1.00 WIB. Dikhawatirkan banjir tersebut tidak segera surut, sebab hingga tadi malam masih turun hujan.

Menurut pemantauan "PR", banjir dengan ketinggian air hingga satu meter terlihat di Kecamatan Panumbangan khususnya Desa Kertaharja, Tanjung Mulya, dan Sukakerta. Meskipun banjir sudah mulai surut, warga waswas terhadap kemungkinan datangnya banjir susulan akibat meluapnya Sungai Citanduy.

Tiga rumah di Kecamatan Panumbangan hancur akibat tergerus longsoran tebing Cikupa setinggi sepuluh meter Senin (8/2) pukul 13.00 WIB. Ketiga rumah itu adalah milik Encang Suganda (40), Nanang (37), dan Juha (55). Rumah Enceng mengalami kerusakan paling parah dibandingkan dengan dua rumah lainnya.

Sementara itu, areal persawahan di Kertaharja tergenang sekitar 45 hektare, Tanjung Mulya 30 hektare, dan Sukakerta 23 hektare, serta belasan hektare di beberapa titik lainnya yang sudah ditanami padi berumur tiga puluh hari.

Camat Panumbangan Krisna didampingi Kepala Badan Penanggulangan Bencana Alam Daerah (BPBD) Ciamis Odang Ruhiyat dan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Yoyo mengungkapkan, banjir akibat meluapnya Sungai Citanduy mulai terjadi sekitar pukul 1.00 WIB.

"Banjir mulai menggenangi rumah warga pada Senin dini hari. Bahkan, ketinggian air ada yang mencapai satu meter. Namun, banjir berangsur surut, dan pada siang hari ketinggian air tinggal selutut orang dewasa, dan hanya menggenangi halaman. Kami justru khawatir adanya banjir susulan, sebab hujan lebat tampaknya masih akan terus turun," tuturnya.

Selain perumahan, sedikitnya 64 kolam warga juga terkena banjir sehingga seluruh isinya hanyut terbawa banjir.

Banjir di Kecamatan Jatinegara juga mengakibatkan sedikitnya dua puluh hektare sawah, Kompleks Pesantren Miftahul Huda II yang memiliki sekitar delapan ratus santri, serta masjid dan madrasah ibtidaiah (MI) yang ada di dekatnya terendam banjir. Bahkan, sejumlah santri yang tinggal di lantai satu terpaksa mengungsi ke lantai atas atau tempat lain yang lebih tinggi. Di dalam kamar santri ketinggian air mencapai empat puluh sentimeter.

"Banjir sebenarnya sudah terjadi sejak hari Sabtu lalu, kalau dihitung empat kali air naik, tetapi yang paling tinggi hari ini (Senin, 8/2) sejak pukul 1.00 WIB. Karena kamarnya terendam banjir, terpaksa pindah ke kamar atas, atau beberapa tempat lainnya yang lebih tinggi," tutur dua orang santri, Ilyas (19) dan Mustofa (19).

Menurut Apendi (45) warga Dusun Wetan Desa Bayasari, surutnya banjir kali ini dinilai lebih lama dibandingkan dengan sebelumnya.

Camat Lumbung Agung Gunawan mengungkapkan, jembatan Gongseng di atas Sungai Cimuntur di Dusun Bongsal, Desa Darmaraja putus akibat banjir. Jembatan yang menghubungkan Desa Darmaraja dengan Desa Citeureup, Kecamatan Kawali sepanjang dua puluh meter putus hari Senin (8/2) pukul 2.00 WIB. Selain itu, hujan lebat juga mengakibatkan bagian dapur rumah Aleh (67) warga Dusun Gunungsawung Desa Darmaraja, hancur tertimpa tebing di belakang rumahnya.

Sawah milik warga di Kec. Padaherang dan Kalipucang yang tergenang air luapan Sungai Citanduy dilaporkan semakin luas, menyusul bertambahnya debit air sungai akibat hujan besar dan terus-menerus.

Banjir serupa terjadi di Kabupaten Tasikmalaya, Senin (8/2) pukul 3.00 WIB, menyusul meluapnya Sungai Citanduy dan Cikidang. Banjir tersebut merendam 196 rumah di Kampung Hegarsari, Cicalung, Mekarsari, dan Bojongsoban di Desa Tanjungsari, Kec. Sukaresik. Ketinggian air mencapai 50 sentimeter hingga 1,5 meter.

Sementara itu, di Karawang, masyarakat Kecamatan Telukjambe mulai waswas akibat luapan Sungai Cibeet yang mulai memasuki rumah warga Kp. Mujiah RT 01 RW 01 Desa Mekar Mulya dan Kp. Rancajulang RT 05 RW 03 Desa Mulyajaya.

Kondisi Bandung

Sementara itu, genangan masih menyergap sejumlah lokasi di Kabupaten Bandung. Sebanyak dua puluh rumah di RW 20 Kp. Cieunteung, Kel./Kec. Baleendah, Kab. Bandung terancam ambruk karena rumah-rumah itu sudah dalam kondisi miring akibat terlalu lama digenangi banjir.

Ketua RW 20 Kp. Cieunteung Jaja, Senin (8/2), mengatakan, setelah beberapa hari sebelumnya tujuh rumah ambruk, kekhawatiran warga menjadi bertambah dengan kondisi rumah yang sudah miring tersebut. "Itu kalau dilihat dari rumah yang tampak sudah miring, akibat terlalu lama digenangi banjir," katanya.

Kondisi air di Kp. Cieunteung kembali naik sekitar lima puluh sentimeter seusai hujan yang kembali mengguyur kemarin sore. Berdasarkan pemantauan "PR", pagi hari, banjir sempat surut dengan menyisakan air setinggi 80 sentimeter di Jln. Mekarsari, jalan utama Kp. Cieunteung. Sementara di permukiman warga yang berada di dalam gang, ketinggian air mencapai satu meter.

Namun, pada malam harinya, ketinggian air di Jln. Mekarsari menjadi 1,2 meter, dan ketinggian air di pemukiman di dalam gang mencapai 1,5 meter. Di lokasi lain seperti Kel. Andir, Kec. Baleendah, air di jalan sudah surut. Banjir hanya menyisakan genangan setinggi 10-20 sentimeter di beberapa rumah.

Hingga kemarin malam, masih ada 1.108 warga Kec. Baleendah yang masih mengungsi di tiga titik pengungsian. Jumlah itu terdiri atas 339 orang yang mengungsi di Gedung KNPI, 419 orang di GOR Baleendah, dan 350 orang di Gedung DPC PDIP.

Jaja mengatakan, kondisi air di Kp. Cieunteung masih akan mengalami pasang surut hingga musim hujan berlalu. "Daerah Cieunteung lebih rendah dari permukaan Citarum, jadi selama belum ada penanganan serius, banjir masih akan selalu datang," katanya.

Sementara itu, masyarakat di Kecamatan Dayeuhkolot hingga saat ini masih ada yang bertahan di empat titik posko yang dibangun. Menurut Camat Dayeuhkolot Numan Mu’min, ada sebagian warganya yang sudah pulang, dan sebagian lagi masih bertahan di posko karena khawatir banjir datang kembali.

Numan menuturkan, meskipun pada Senin (8/2) malam hujan sempat mengguyur daerah tersebut, kondisi untuk sementara masih aman.

Sementara itu, masyarakat Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung masih disibukkan dengan lumpur sisa banjir beberapa waktu lalu. Menurut Koordinator Komunikasi dan Informasi Garda Caah Rescue Ricky Waskito, masyarakat bersama dengan unsur Muspika dan Satpol PP Kabupaten Bandung bekerja sama untuk membersihkan lumpur sisa banjir tersebut.

Di Kp. Panyandaan, Desa Alam Endah, Kec. Rancabali, sekitar enam puluh rumah warga tergenangi banjir bercampur lumpur. Sementara di Desa Tegalluar, Kec. Bojongsoang, yang sejak tahun 2000 bebas dari banjir, saat ini mulai tergenang banjir akibat meluapnya Sungai Cikeruh, Sungai Citarik, dan Sungai Citarum.

"Dengan adanya normalisasi Sungai Citarum dan anak-anak sungainya membuat Desa Tegalluar sudah bebas dari banjir sejak tahun 2000 lalu," kata mantan Kades Tegalluar, H. Dadang Supriyatna.

Namun, akibat Sungai Citarum dan anak-anak sungainya mulai dangkal, Desa Tegalluar terkena imbasnya.

Dadang yang juga anggota DPRD Kab. Bandung mendesak agar Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum segera melakukan normalisasi anak-anak Sungai Citarum yang belum tuntas.

"Banjir yang menggenangi desa-desa di Kec. Rancaekek, Kec. Bojongsoang, Kec. Baleendah, maupun Kec. Dayeuhkolot akibat penanganan sungai yang sepotong-potong. Akibatnya, ketika ada sungai yang dinormalisasi, maka sungai-sungai lainnya yang belum dinormalisasi menjadi penghambat aliran air," ucapnya.

Selain itu, Pemkab Bandung ataupun Pemprov Jabar harus serius mewujudkan Danau Tegalluar seluas empat ratus hektare untuk menampung air ketika musim hujan.

"Pembuatan Danau Tegalluar sudah diwacanakan sembilan tahun lalu, tetapi sampai saat ini tidak ada kabar beritanya," katanya. (A-14/A-71/A-91/A-112/A-153/A-175/A-177)



Post Date : 09 Februari 2010