|
SUMENEP-Warga Gili Raja, Kecamatan Gili Genteng, harus berusaha keras memenuhi kebutuhan airnya di kemarau tahun ini. Mereka harus mengangkut air dari daratan Desa Aeng Baja Kenek, Kecamatan Bluto. Itu karena sumber air di Gili Raja airnya susut dan rasanya asin. Berdasarkan informasi yang dihimpun koran ini di pelabuhan Cangkareman, Bluto, setiap musim kemarau warga Gili Raja memang membeli air dari daratan. Setiap jeriken berisi 30 liter dibeli Rp 2.500. Air itu hanya digunakan untuk minum. Sedangkan untuk MCK (mandi, cuci, kakus) mereka memanfaatkan sumber air lokal. Namun, air yang keluar dari mata air di Gili Raja terus susut dan rasanya payau, bahkan cenderung asin. Seorang warga Gili Raja, Masrukin, mengakui setiap musim kemarau air di pulaunya susut. Sebaliknya, saat musim hujan sumber air mengalirkan air cukup deras. Namun, untuk air minum, di musim hujan pun warga harus antre. Sebab, sumber air yang mengalirkan air tawar terbatas. Menurut dia, sebagian besar mata air di Gili Raja mengalirkan air payau. Tetapi jika sering hujan, air yang keluar dari sumber air relatif tawar. "Kalau sekarang (kemarau) air payau pun kadang-kadang tidak keluar," paparnya sesaat sebelum bertolak ke Gili Raja dari pelabuhan Cangkareman kemarin. Warga Gili Raja tidak memborong air dalam jumlah besar setiap hari. Sebab, pasokan air dari daratan terbatas. Di pelabuhan desa Ben Baru Gili Raja, warga tinggal menanti kiriman dan uangnya dititipkan kepada pemilik perahu yang bolak balik Ben Baru-Cangkareman. Sebenarnya, kata Masrukin, warga Gili Raja cukup senang dengan program desalinasi (penyulingan air laut menjadi tawar/payau) dari pemerintah. Tapi kemudian warga kecewa karena program tersebut tidak jalan. "Tidak tahu kenapa penyebabnya," katanya. Anggota DPRD Sumenep dari daerah pemilihan (dapil) II (termasuk Gili Raja), KH Muqit Kamal, mengakui ada program desalinasi. Berdasarkan informasi yang dia dengar, proyek ini mangkrak karena terbentur dana. Sebelumnya, Direktur PDAM Zaenal Alim mengaku siap menerima usulan pengiriman air tawar ke Gili Raja. Hanya, kata dia, jarak tempuh armada antara daratan dan kepulauan berbeda. Di daratan, tangki PDAM bisa langsung bergerak menuju pemohon air. Tapi untuk kepulauan, ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Sebab, armada PDAM tidak bisa langsung menuju titik distribusi. Yang paling memungkinkan, menurut dia, suplai air hanya bisa sampai di Pelabuhan Cangkareman. "Di musim kemarau saat ini ada beberapa desa di daratan yang juga rawan air," katanya. (abe/mat) Post Date : 09 Agustus 2008 |