|
Jakarta, Kompas - Hujan yang mengguyur Jakarta mulai pagi hingga malam hari, Senin (29/11), mengakibatkan genangan yang merata di sejumlah ruas jalan. Baik di jalan utama, jalan lingkungan, maupun jalan perumahan. Ini menambah luas genangan karena genangan yang terjadi sehari sebelumnya belum juga kering. Genangan bahkan terlihat di jalan protokol, seperti Jalan Gatot Subroto, Jalan A Yani, Jalan S Parman, Jalan Arteri Pondok Indah, Jalan KH Mas Mansyur, dan Jalan Gajah Mada. Genangan biasanya terdapat di pinggir jalan dan terus berada di sana karena air tidak dapat mengalir ke saluran yang mampat. Sejauh pengamatan Kompas, genangan yang relatif lebih sedikit bermunculan di jalan-jalan lingkungan, seperti Jalan Tenggiri (Rawamangun), Jalan Jatinegara Barat dan Timur, dan Jalan Iskandarsyah (Jakarta Selatan). Genangan juga terlihat di terminal-terminal seperti di Blok M, Pulo Gadung, Rawamangun, dan Grogol. Sepintas, genangan itu tidak membahayakan dan hanya membuat orang menggulung bagian bawah celananya. Namun, jalan di bawah genangan mulai tergerus dan rusak. Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Gatot Irianto mengatakan, genangan-genangan itu akan menimbulkan berbagai kerusakan, mulai dari infrastruktur, instalasi listrik, penyakit, serta menurunnya kualitas hidup. "Padahal, daerah genangan air makin bertambah dari waktu ke waktu akibat pengurukan tanah di berbagai tempat. Pengurukan tanah itu sangat luas hingga bisa didirikan perumahan seperti di Kelapa Gading atau Cengkareng," paparnya. Menurut Gatot, genangan air itu lebih berbahaya karena sifatnya yang diam, bahkan pernah ada yang sampai 25 hari. Lain dengan banjir yang "hanya" lewat dan terus mengalir. Memang, angka kerugian itu sulit dihitung secara pasti. Apalagi genangan di Jakarta itu bersifat dinamis dan berubah- ubah tempatnya. "Diuruk di sana, ada genangan di sini. Diuruk di sini, ada genangan baru di sana. Topografi menjadi disorder karena urukan itu," kata Gatot. Sebenarnya, jika diteliti, bisa saja kerugian akibat genangan itu dihitung. "Misalnya, jika jalan yang dibangun seharusnya bisa bertahan hingga sepuluh tahun, tenggang waktu itu bisa merosot menjadi tiga tahun akibat terus digenangi air. Hitung saja berapa uang yang terbuang," papar Gatot. Musim hujan sudah datang dan hingga saat ini tidak ada daerah yang kebanjiran akibat luapan sungai. "Namun, puncak musim hujan kan belum dilewati karena ini masih November," kata Gatot. (IVV) Post Date : 30 November 2004 |