|
Sungaipenuh, Kompas - Drainase di Sungaipenuh, ibu kota Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, sekitar 450 kilometer sebelah barat Kota Jambi, mengkhawtirkan, karena telah berusia tua. Saluran air di kota itu kerap tersumbat sehingga air melimpah ke jalan saat hujan. Kepala Dinas Tata Kota Kabupaten Kerinci, Alfensa, Kamis (28/7) lalu, mengatakan, drainase di Sungaipenuh yang ada kini memang sudah tua dan kecil. Kami sedang membenahi dan memperbaiki drainase di Sungaipenuh. Banyak yang harus dibongkar karena tersumbat dan buntu. Kalau hujan, air melimpah ke mana-mana, ujar Alfensa. Kami sudah minta kepada masyarakat agar sampah rumah tangga dimasukkan dalam kantong dan diletakkan di tempat yang telah ditentukan. Petugas tata kota mengambil setiap hari untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir, ujarnya lagi. Persoalan lain yang dihadapi Sungaipenuh adalah buntunya jalan di depan Pasar Tanjung Bajure. Jalan di pusat kota itu tidak bisa dilewati kendaraan pada siang hari karena pedagang kaki lima diizinkan berjualan pada pukul 06.00-17.00. Pemerintah Kabupaten Kerinci sudah berusaha memindahkan pedagang kaki lima itu, tapi tidak ada lokasi yang cocok, kata Alfensa. Sungaipenuh terdiri atas 29 desa dan 4 kelurahan dengan penduduk sekitar 60.000 jiwa. Kota berhawa sejuk di kaki Pegunungan Bukit Barisan itu terletak di ketinggian 800-900 meter di atas permukaan laut. Saya ingin mengembalikan sejarah zaman Belanda, Sungaipenuh sebagai pusat perdagangan dan perbelanjaan. Bukan hanya bagi warga Kabupaten Kerinci, tetapi juga warga Merangin, Bungo, Solok dan Pesisir Selatan, Sumatera Barat, dan Bengkulu Utara, ungkap Alfenza. Pada masa penjajahan Belanda, Sungaipenuh merupakan kota yang cukup terkenal di Sumatera wilayah tengah. (nat) Post Date : 30 Juli 2005 |