Gas Metan TPA Benowo, Memancing Listrik dari Sampah

Sumber:Koran Sindo - 14 Juli 2008
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Krisis energi listrik yang berujung pemadaman bergilir menjadi inspirasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surabaya mengembangkan energi terbarukan. Keberadaan gas metan yang dihasilkan sampah menjadi alternatif energi yang ramah lingkungan.

Sebagai kota besar berpenduduk sekitar 3,7 juta jiwa, Surabaya tak luput dari seribu satu macam permasalahan. Salah satunya adalah sampah.Bayangkan! Apa yang terjadi jika sampah-sampah itu dibiarkan begitu saja, seperti saat tempat pembuangan akhir (TPA) Keputih (kini tak difungsikan) diblokir warga Oktober 2001 silam. Sampah akan menggunung.

Bukan saja di tempat penampungan sementara (TPS), tapi juga di pinggirpinggir jalan, hingga aliran sungai. Bau tak sedap berbuah penyakit menyeruak ke segala sudut kota. Dalam catatan DKP per Mei 2008,sedikitnya ada 1.400 ton/hari sampah organik maupun anorganik. Jumlah itu jauh lebih rendah dibanding dua tahun sebelumnya.

Pada 2006, terdata 2.178,7 ton/hari sampah yang dihasilkan warga metropolitan. Rinciannya, 1.600 ton/hari masuk ke TPA Benowo, 120 ton/hari dibakar dengan incinerator mini,413,7 ton/hari dikelola warga secara mandiri (zero waste), dan 45 ton/hari diangkat dari saluran. Per Desember 2007, terpantau ada 2.178 ton/hari dari 163 wilayah kelurahan yang tersebar di 31 kecamatan. Rinciannya, 1.480 ton/hari masuk TPA Benowo, 120 ton/hari dibakar incinerator mini, 532 ton/hari dikelola mandiri warga,dan 46 ton/hari diangkat dari saluran.

Padahal, volume sampah di atas dipastikan bisa lebih besar lagi, bersamaan menjamurnya TPS liar di pinggiran kota. TPS ilegal itu muncul lantaran ketidaksadaran warga yang menjadikan lahan kosong sebagai lokasi pembuangan sampah. Di antara mereka banyak yang melemparkan tas plastik (kresek) berisi sampah.

Mereka biasa melakukan itu saat berangkat kerja.Praktis sampah- sampah itu tidak bakal terangkut.Perhatian petugas dipastikan luput lantaran tidak terletak di TPS yang masuk daftar DKP. Operasi Yustisi kebersihan sebagai upaya penegakan Peraturan Daerah (Perda) 4/2000 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan pun digelar.

Namun, hasilnya kurang signifikan walau ada warga pelanggar yang diajukan ke persidangan dan didenda terkait tindak pidana ringan (tipiring). Upaya menekan volume sampah kota belum berhenti sampai di situ. DKP yang kini digawangi Hidayat Syah sebagai pemegang tongkat estafet dari Kepala DKP sebelumnya, Tri Rismaharini, terus dan terus mencari terobosan untuk menekan volume sampah.

Salah satunya, upaya mencetak dan menambah kader lingkungan di kalangan warga sejak 2005.Pada tahun itu, tercatat 217 kader, hingga 2008 (per-Mei) jumlahnya meningkat menjadi 11.700 kader. Tak bisa dipungkiri, peran kader lingkungan mampu ”mengentaskan” kawasan mandiri dalam pengelolaan sampah.

Terobosan itu belum efektif. TPA Benowo terancam overload.TPA baru yang dibuka era 2000-an itu, daya tampungnya diprediksi tinggal 5–10 tahun mendatang. Sementara, volume sampah yang masuk masih 1.400 ton/- hari. Praktis dari 37.000 hektare areal TPA,kini tinggal sepertiganya.

DKP telah menerapkan teknis pengolahan sampah berlapis antara sampah dan tanah.Selain itu juga mengalirkan air sampah (lindi) ke kolam penampungan (ponds) atau sistem sanitary landfill. (soeprayitno)



Post Date : 14 Juli 2008