Gajah yang Bertikai, Pelanduk yang Mati di Tengah-tengah

Sumber:Kompas - 28 Juni 2010
Kategori:Air Minum

Ketegangan agaknya mulai muncul antara PT Aetra Air Jakarta dan PT Pembangunan Jaya Ancol. Aetra khawatir Jaya Ancol akan mengurangi penggunaan air bersih yang selama ini disuplai Aetra. Jaya Ancol yang merupakan pelanggan terbesar Aetra, dengan mengonsumsi 73 persen produksi Aetra, dikhawatirkan akan hengkang. Jika benar demikian, yang akan menanggung kerugian tidak hanya Aetra sendiri, tetapi juga masyarakat luas karena mau tidak mau Aetra akan menaikkan tarif langganan, yang saat ini juga sudah dikeluhkan tinggi.

Ketakutan PT Aetra Air Jakarta akan kehilangan pelanggan terbesarnya, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, agaknya mulai tampak. Hal itu diketahui dari surat yang dikirimkan Presiden Direktur Aetra Syahril Japarin kepada Dirut PAM Jaya Maurits Napitupulu yang ditembuskan kepada Gubernur DKI Jakarta tertanggal 11 Juni 2010. Di surat itu juga dinyatakan, Aetra telah menanyakan hal yang sama kepada Jaya Ancol tertanggal 30 Desember 2009, tetapi hingga kini tidak ada jawaban.

Dalam surat itu dinyatakan, jika Jaya Ancol mengurangi penggunaan air Aetra atau berhenti berlangganan, dampaknya tidak hanya dirasakan internal Aetra sendiri, tetapi juga masyarakat luas dengan kenaikan tarif. Pasalnya, selama ini tarif yang dikenakan kepada Jaya Ancol adalah tarif yang bisa menyubsidi tarif masyarakat umumnya.

Aetra merasa perlu mengirimkan surat ini untuk menjawab pertanyaan pemegang saham mereka, Acuatico Pte Ltd, yang tertarik membeli saham Aetra karena ada kesepakatan kerja sama pemerintah dan swasta (public private partnership/PPP). ”Semangat PPP yang berkesinambungan akan hilang dan menjadi contoh buruk pelaksanaan PPP di masa datang,” tulis Syahril dalam suratnya.

Untuk diketahui, Jaya Ancol sedang membangun instalasi pengolahan air reverse osmosis, yakni mengubah air laut menjadi air tawar, untuk kebutuhan air bersihnya sehari-hari. Jaya Ancol merasa selama ini kebutuhan airnya, terutama pada puncak musim kunjungan, tidak bisa dipenuhi Aetra. ”Target 20 juta pengunjung yang kami tetapkan agaknya sulit tercapai jika tidak didukung fasilitas air bersih yang cukup. Dengan alasan itulah, kami memanfaatkan teknologi salinasi air laut ini,” kata Sofia Cakti, Corporate Communication PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk.

Sofia menambahkan, dari segi tarif, penggunaan salinasi air laut juga jauh lebih murah. Tarif langganan di Aetra sekitar Rp 12.000 per meter kubik, sedangkan dengan reverse osmosis tarif air hanya Rp 7.000 per meter kubik.

Keperluan air bersih untuk Ancol Taman Impian dan real estat yang dikelola Jaya Ancol rata-rata 12.000 meter kubik per hari. Pada musim liburan anak sekolah, Lebaran, dan tahun baru, keperluan air bersih bisa berlipat-lipat hingga mencapai 50.000 meter kubik.

Kapasitas produksi Aetra yang disuplai untuk Ancol rata-rata 15.000 meter kubik per hari. Sedangkan kapasitas produksi reverse osmosis pada tahap awal hanya 5.000 meter kubik dan dalam waktu dekat ditingkatkan menjadi 10.000 meter kubik per hari.

Sementara itu, JSP Nugroho Da Gomez, Kepala Departemen Corporate Plan PT Pembangunan Jaya Ancol, dalam siaran persnya mengatakan sama sekali belum ada pembicaraan dengan manajemen Jaya Ancol untuk memberhentikan langganannya kepada Aetra.

Sementara itu, warga di RT 16 RW 08 Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, mengatakan lebih enak menggunakan sumur daripada berlangganan air perpipaan. ”Dulu waktu kami memakai sumur, kayaknya enggak pernah ada masalah sama air. Sekarang setelah pakai air perpipaan, malah sering timbul masalah,” kata Maesaroh (34), warga.

Ketidakpuasan warga akan layanan air perpipaan karena aliran air yang kecil atau bahkan mati. Jika mengalir, warna air keruh dan kadang berbau besi.

Maemunah (40), warga lainnya, sebenarnya banyak warga yang ingin menjadi pelanggan air perpipaan. Tetapi, untuk berlanggan pun sulit. ”Ada yang ingin jadi pelanggan Aetra, tetapi mengurusnya berbelit-belit, lama dan mahal,” katanya. Tidak heran kalau kemudian banyak warga yang memakai satu meteran bersama-sama. (ARN)



Post Date : 28 Juni 2010