SEMARANG UTARA - Sebanyak 240 orang peserta pelatihan sanitasi lingkungan berbasis masyarakat Direktorat Pengembangan Penyuluhan Lingkungan dan Permukiman (PPLP) Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dari Jawa Timur, Jateng, dan DIY melakukan studi banding ke rumah pompa Tanahmas Jl Tambakmas Raya.
Para fasilitator tersebut melihat langsung bagaimana proses kerja salah satu rumah pompa dari sembilan rumah pompa, dan belajar tentang sistem drainase mandiri melalui pompanisasi di kawasan tersebut.
Widiarto dari Direktorat PPLP Jateng mengatakan, pompanisasi di Tanahmas merupakan salah satu contoh keberhasilan dalam mengelola drainase secara mandiri di Kota Semarang bahkan di Jateng, yang masih bertahan hingga saat ini.
Menurutnya, keberhasilan pengelolaan drainase di Tanahmas ditunjang oleh aspek institusi, teknis yakni dengan pompa, pembiayaan, peran serta masyarakat, dan hukum.
”Hebatnya, disini institusi atau lembaganya sampai sekarang masih berjalan. Teknis dan pembiayaan juga masih terus berjalan dengan baik,” ujarnya. Selain studi banding ke Tanahmas, para fasilitator juga mendatangi pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Salatiga, dan sanitasi berbasis masyarakat di Solo.
Atasi Genangan Ketua Paguyuban Penanganan dan Penanggulangan Air Pasang Panggung Lor (P5L), Ibnu Subroto menyatakan, sampai saat ini ada 14 pompa dan enam cadangan yang digunakan untuk mengatasi genangan air di kawasan tersebut. Sejak 1996, kawasan yang 40 centimeter berada di bawah permukaan laut itu terbukti sukses mengatasi rob. ”Pompa ini dari awal digunakan untuk mengatasi rob. Kalau banjir karena hujan, pompa sebanyak apa pun tidak akan dapat mengatasi,” katanya.
Humas P5L, Rachmat P menjelaskan, selama ini kendala pompanisasi yang dihadapi adalah iuran dan kesadaran warga yang masih kurang. Padahal per bulan warga hanya dibebani iuran Rp 4.500 atau Rp 7.500 per bulan. ”Meski kami hanya menggunakan teknik pompa sederhana dan dana yang tidak besar, tapi pompanisasi masih bisa jalan,” tutur dia.
Sementara anggota DPRD Kota Semarang, Bambang Raya menambahkan, sistem tanggulisasi dan pompanisasi di Tanahmas dipelajari dari Belanda. Sayangnya, pompanisasi di Tanahmas tidak dapat berjalan lancar bila pompa Bulu Drain tidak berfungsi dengan baik. Sebab air dari Tanahmas yang dipompa ke Bulu Drain dan seharusnya dibuang ke Banjirkanal Barat, sering kembali lagi bila pompa Bulu Drain mati. ”Pompa Bulu Drain sering kehabisan solar. Padahal itu milik Pemkot,” jelasnya. (J8-87)
Post Date : 29 Maret 2010
|