|
BATURABE (SINDO) Evakuasi korban banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah kabupaten/kota di Sulawesi Tengah (Sulteng) hingga kemarin berjalan lamban. Kelambanan itu disebabkan kurangnya peralatan penunjang yang diperlukan dalam evakuasi maupun penyelamatan korban. Sementara bantuan makanan dan obat-obatan yang mulai disebarkan belum bisa menjangkau seluruh pengungsi karena kendala distribusi. Diperkirakan, sedikitnya 7.000 orang mengungsi karena rumahnya hancur dan terendam banjir. Tim SAR gabungan juga terus berupaya mencari korban tewas maupun hilang yang sedikitnya mencapai 80 orang. Komandan Korem 132/Tadulako Kolonel (Arm) AAG Suardhana mengatakan, lambatnya proses evakuasi korban di Kab Morowali disebabkan beberapa faktor.Hal yang paling berat adalah kenyataan banyaknya jaringan jalan dan jembatan terputus, peralatan yang masih manual, medan yang dilalui sangat berat, serta kondisi cuaca masih berat karena hujan masih kerap turun. Tetapi, masalah alat berat sedang diusahakan Satkorlak PBP (Penanggulangan Bencana dan Pengungsi) Sulteng dan mudah-mudahan besok sudah tiba, tuturnya. Suardhana menambahkan, total korban di empat kecamatan di Kab Morowali itu mencapai 44 tewas. Sebanyak 66 lainnya hilang dan masih dalam pencarian. Selain itu, tim SAR gabungan anggota Polri,TNI-AD, relawan, dan masyarakat setempat sangat membutuhkan masker dan sarung tangan untuk mengevakuasi para korban. Peralatan penunjang ini merupakan kebutuhan mendesak. Kondisi beberapa mayat yang sudah berhasil ditemukan dan dievakuasi tim SAR sejak Jumat Sabtu sudah membusuk. Beberapa hari terakhir para petugas kemanusiaan itu hanya mengandalkan baju mereka sebagai masker dan tangan polos ketika mengangkat jenazah yang sudah rusak,kata Suardhana. Sementara Satkorlak setempat melaporkan jumlah penduduk Kecamatan Bungku Utara, Mamosalato, dan Soyo Jaya yang hilang dan tertimbun tanah longsor diperkirakan masih puluhan orang. Sementara itu, sejumlah sekolah di Kec Baolan, Morowali, terpaksa diliburkan karena masih terendam lumpur. Air yang menggenangi wilayah ini kemarin sudah mulai surut, namun, aktivitas warga belum pulih. Sejumlah sekolah yang terendam lumpur adalah SMP Negeri I, SDN 17 dan SDN 10. Guru dan murid bergotongroyong membersihkan lumpur yang menimbun sekolah mereka sekitar 10 sentimeter. (samsuria/ant) Post Date : 30 Juli 2007 |